Desa Urutsewu, Mandiri Energi dari Kotoran Sapi

  • 16 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

BOYOLALI – Pemerintah Jawa Tengah berhasil mewujudkan Desa Energi Mandiri. Satu di antaranya Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Di desa itu, kotoran ternak sapi dan ayam diubah jadi biogas, yang berguna untuk bahan bakar memasak pengganti gas elpiji dan tenaga listrik.

 

Desa ini meraih penghargaan dalam Lomba Desa Mandiri Energi yang diselenggarakan dalam rangka peringatan HUT ke-70 Provinsi Jawa Tengah. Bagaimana kiprah masyarakatnya?

 

Geliat Desa Energi Mandiri di Urutsewu benar-benar terasa, Jumat (14/8/2020). Tampak pipa panjang yang berisikan biogas melintang di sejumlah rumah. Biogas tersebut berasal dari peternakan sapi dan ayam. Seperti yang ada di Dusun Jetak dan Dusun Gilingan.

 

Di Dusun Jetak, salah satunya di peternakan sapi milik Sutarjo, pengurus Kelompok Tani Sumber Makmur ini berhasil mengolah kotoran sapinya. Langkah pengolahannya, kotoran dicampur dengan air, kemudian dimasukkan ke digester, sehingga air dan gas terpisah. Setelah gas di atas dan rir di bawah, Sutarjo akan ditribusikan gas ke paralon. Paralon itu menyebar ke sejumlah titik seperti ke kandang ternaknya, maupun ke lima rumah di sekitarnya. Gasnya tersebut dimanfaatkan untuk memasak dan tenaga listrik.

 

“Untuk hidupkan listrik kompor lima KK (kepala keluarga). Paling banyak untuk masak air,” kata Sutarjo di tempat ternak sapinya.

 

Seorang warga penerima biogas dari peternakan milik Sutarjo adalah Lestari. Dia mengaku amat beruntung mendapatkan bantuan kiriman gas dari tetangganya. Sebab dia tidak lagi harus membeli gas elpiji, sehingga Lestari bisa menghemat pengeluaran untuk kebutuhan bahan bakar kompornya.

 

“Sangat menghemat 100 persen. Masak bisa sehari semalam,” ungkapnya senang.

 

Lestari berterima kasih kepada pemerintah provinsi, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sebab, pemerintah telah memberikan bantuan pengolahan biogas sehingga warga bisa memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas.

 

“Terima kasih Pak Gubernur, kalau bisa dikasih begini lebih lagi,” pinta Lestari.

 

Hal kreatif mandiri energi lainnya dilakukan oleh Rizki Emil Abdilah, peternak ayam di desa itu. Dia berhasil memanfaatkan kotoran ayamnya menjadi energi alternatif. Biogas yang dihasilkan dipakai untuk menyalakan mesin penggiling jagung, serta kompor di rumahnya.

 

Menurut mahasiswa perguruan tinggi di Surakarta ini, mengubah mesin penggiling jagungnya yang semula berbahan bakar bensin menjadi tenaga biogas, bukan hal mudah. Emil harus memodifikasi mesinnya lebih dulu ke rekannya yang memiliki keahlian otomotif. Setelah beberapa kali uji coba, modifikasi tersebut membuahkan hasil. Sampai sekarang, mesin penggilng jagungnya beroperasi dengan normal. Bahkan pemanfaatan tenaga biogas itu membuatnya berhemat.

 

“Kalau pakai bensin Rp20 ribu untuk nyelep (haluskan jagung) 400 kilogram. kalau gas, menyelep dua jam, bisa 250 kilogram. Bisa ngirit Rp 20 ribu,” bebernya.

 

Ada pula warga yang berkreasi dengan membuat biogas portabel. Bahannya berasal dari sayuran dan nasi sisa. Dia adalah Saparman. Dengan alatnya itu, dia berhasil memanfaatkan biogas untuk keperluan memasak sehari-hari. Meski belum sepenuhnya memasak menggunakan biogas, setidaknya dia bisa berhemat.

 

“Kalau saya pakai gas elpiji tiga kilogram paling enggak empat (tabung) . Sekarang hanya dua (tabung) . Ada penghematan,” kata Saparman.

 

Sementara itu di Dusun Gilingan, Desa Urutwatu terlihat warga berada menghidupkan mesin pompa air yang listriknya bersumber dari genset berbahan bakar gas limbah tahu. Pada Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) itu, warga RT 05 RW 05 bisa memanfaatkan air bersih. Selain itu, penduduk di RT terdekat juga bisa ikut mendapatkan air bersih dari Pamsimas yang dikelola oleh masyarakat.

 

Ketua RT 05 RW 05, Suwarno menjelaskan pihaknya memanfaatkan limbah perajin tahu untuk menghidupkan mesin pompa air pamsimas. Semula limbah tahu sempat dikeluhkan warga beberapa waktu lalu. Namun setelah bermanfaat dan jadi biogas, warga tak lagi mengeluh.

 

“Limbah tahu dulu mencemari, sekarang tidak,” ujar Suwarno.

 

Saat ini tercatat, warga yang menjadi pelanggan pamsimas sekitar 50 KK. Mereka dikenakan biaya berlangganan, yang nilainya diklaim lebih murah dibanding perusahaan air bersih yang biasa. Bahkan, pengelola juga berhasil menyisihkan keuntungan untuk menanggung pembayaran BPJS kesehatan kelas III. “Total lima KK (BPJS kesehatan),” ucapnya.

 

Perangkat Desa Urutsewu Ngatman menjelaskan pihaknya terus mendorong warga lainnya untuk memanfaatkan biogas yang ada. Karena selain hemat juga tidak mencemari udara. Dia mengucapkan terima kasih Dinas ESDM yang sudah membantu kelompok tani.

 

“Sudah terealisasi, sudah terlaksana. Kalau ada menunggu program lainya. Mungkin biogas atau inovasi lain. Untuk Pak Gubernur karena kita mayoritas desa petani, minta dukungannya supaya betul-betul menjadi desa mandiri energi,” kata Ngatman.

 

Kepala Desa Urutsewu Sri Haryanto menambahkan pemerintah desa berterima kasih dengan bantuan pemerintah provinsi. Baik dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral dan lainnya. Sebab dengan bantuan itu, hampir 200 KK terbantu dengan adanya pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Ke depan pihaknya berharap adanya arahan dari pemerintah. Sebab pihaknya mempunyai mimpi menjadikan desa jadi kawasan edukasi biogas atau wisata edukasi biogas.

 

“Harapannya kita bersinergi, dapat arahan, dapat bimbingan baik suport maupun dana. Kami sudah menyiapkan SDM, SDA, butuh pendampingan. Kami berharap kegiatan wisata edukasi dan biogas masyarakat ada income tambahan,” tuturnya. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait