“Student OSOC” Tak Harus Mahasiswa

  • 09 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mencari 180.000 orang relawan pendamping ibu hamil risiko tinggi. Sejumlah lembaga pun sudah menyatakan kesiapannya sebagai upaya nyengkuyung penurunan angka kematian ibu (AKI) melahirkan.

Ganjar mengatakan salah satu upaya paling efektif dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) melahirkan di Jawa Tengah adalah peningkatan sumber daya manusia, yang kemudian bisa saling mengawal dan mengawasi periode kehamilan.

“Ini berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Jateng sudah punya program 5NG, Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Ini sebenarnya ada temannya, yakni one student one client,” kata Ganjar pada Pertemuan Steering Committe untuk Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Bayi Baru Lahir di Jawa Tengah, di Wisma Perdamaian Semarang, Selasa (9/10).

One student one client merupakan program pendamping 5NG, di mana setiap ibu hamil mendapat pendampingan. Ganjar menjelaskan, sebenarnya student itu tidak berarti harus mahasiswa, tapi juga bisa kelompok masyarakat, LSM, pemerhati, kelompok atau pihak manapun yang peduli.

Melalui program 5NG, Pemprov Jateng telah berhasil menurunkan angka kematian ibu sebanyak 14 persen atau 88,58 per 100 ribu kelahiran, dan itu melampaui batas dari target yang ditetapkan SDG’s sebesar 3% pertahun atau 90 per 100 ribu kelahiran hidup.

Ganjar meminta pada forum tersebut, agar melahirkan reformulasi terkait penanganan AKI dan AKB. Dia menghendaki masukan apa yang mesti diperbaiki, muncul anggaran, kapasitas, infrastruktur, sistem evaluasi, fasilitas.

“Terus saya hitung, berapa rata-rata orang hamil per tahun di Jawa Tengah? Yang bermasalah berapa? Nah kita cari relawan untuk mendampingi ibu hamil yang bermasalah,” jelasnya.

Ditambahkan, berdasarkan data dinas kesehatan Jawa Tengah, pada 2017 jumlah ibu hamil mencapai 596.349 orang. Dari jumlah tersebut, ibu hamil berisiko tinggi sebanyak 20 persen atau 124.276 orang.

“Kita cari relawan sekitar 180.000 orang. Kita harapkan kalau itu didampingi, ceknya rutin, bagaimana asupan gizinya, kondisi hariannya, diantarkan ditungguin sampai dia melahirkan. Kalau sampai dia melahirkan mereka ditunggui, insya Allah ini bisa mengurangi risiko kematian yang ada,” beber mantan anggota DPR RI ini.

Dengan pendampingan, kata gubernur, kalau ditemui kendala di lapangan dapat segera diatasi. Misalnya, jika ibu hamil dengan risiko tinggi tinggal di desa yang jauh dari remote area, dia perlu nginep dan standby. Sehingga relawan pendamping tersebut bisa memberi masukan agar dekat dengan pelayanan.

“Atau jika menghendaki pelayanan yang lebih bagus atau dokter lebih bagus, ya sudah ditaruh di rumah singgah. Dipaksa diedukasi agar mereka nyaman. Yang penting mereka selamat,” ungkap Ganjar.

Meskipun saat ini kontributor terbesar program one student one client berasal dari kampus, menurutnya tidak menutup kemungkinan kontribusi dari berbagai pihak.

“Ormas agama akan masuk. Nanti kita dorong dari PKK, posyandu banyaklah. 180 ribu orang (pendamping) tidaklah banyak jika dibanding 35 juta orang warga Jateng. Tentu banyak orang yang peduli soal ini,” katanya.

Menanggapi tawaran dari Ganjar, salah satu peserta forum dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Udinus, MG Catur Yuantari mengaku siap mengerahkan mahasiswa sebagai relawan.

“Kami siap mengerahkan 200 mahasiswa untuk one student one client,” katanya. (Prov Jateng)

Berita Terkait