Sabar, Tak Boleh Putus Asa

  • 23 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Dalam proses belajar mengajar, tak semua murid memiliki pemahaman yang sama. Ada yang cepat mengerti, tapi ada pula yang tidak mudah paham. Lantas, haruskah sang guru marah yang justru membuat si murid berputus asa?

Di depan puluhan ribu siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA se-Jateng yang mengikuti Dzikir Akbar dan Doa Bersama Sukses USBN dan UNBK di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Jalan Gajah Raya, Jumat (22/3/2019) sore, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen pun menceritakan kejujuran seorang murid dan keteguhan seorang guru.

Namanya Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya Al Buwaithi. Lahir di mesir dan wafat di penjara Baghdad pada tahun 231 Hijriyah. Beliau merupakan murid kesayangan Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i pernah berkata tentang Al Buwaithi, tidak ada seorangpun di antara muridnya yang lebih berilmu dari Al Buwaithi. Syafi’i bahkan mempercayakan fatwa kepada Al Buwaithi. Dia selalu mempersilakan Al Buwaithi menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan di dalam majelis beliau.

Dalam kisah hidupnya, Al Buwaithi saat belajar kepada Imam Syafi’i merupakan murid yang tidak cerdas, namun memiliki kejujuran tinggi. Hal itu terjadi ketika Imam Syafi’i mengajar, Buwaithi mengakui tidak paham dengan apa yang diajarkan. Imam Syafi’i pun harus mengulang sampai 40 kali.

Ketika pelajaran diulang ke-41 kalinya, Buwaithi lari terbirit-birit pulang ke rumahnya. Dia takut jika ditanya oleh Imam Syafi’i apakah sudah paham atau belum.

Imam Syafi’i pun mengejar Buwaithi ke rumahnya. Buwaithi mengakui, jika saat itu dia masih belum paham juga. Sampai akhirnya, Imam Syafi’i mengulang kembali hingga Buwaithi paham.

“Menghadapi murid yang tidak paham, guru harus bersabar. Sebagai murid juga jangan sampai putus asa. Di Jateng, ada siswa yang putus sekolah karena putus asa. Janganlah berputus asa. Guru dan murid harus belajar keteguhan dan kejujuran dari Imam Al Buwaithi,” tutur Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin.

Ketua Remaja Islam Masjid Agung Jateng (Risma JT) Anis Muchabak menjelaskan kegiatan tersebut rutin yang digelar setiap tahun bersama DPW Asosiasi Guru PAI Jateng itu. Tahun ini penyelenggaraan yang kesebelas. Tujuannya, agar pelajar di Jateng memiliki karakter dan terdidik.

Sementara itu, Ketua Badan Pelaksana MAJT Noor Ahmad juga berpesan, selain harus jujur, para siswa tidak boleh sombong. Spiritualitasnya harus ditata betul. Kepada guru, orangtua, bahkan kiai, harus menghormati.

Penulis : Sy, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Eb, Humas Jateng

Berita Terkait