Produk UKM yang Ditawarkan Atikoh Laris Manis

  • 19 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Sebanyak 2.595 produk UMKM fesyen meramaikan gelaran UKM Virtual Expo (UVO) II yang dihelat Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jateng Atikoh Ganjar Pranowo didamping perancang busana kondang nasional Anne Avantie, membuka gelaran bergengsi tersebut secara virtual, Kamis (19/11/2020).

 

Kegiatan yang berlangsung hingga 20 November 2020 tersebut mengusung semangat “Yes U Can! Aja Sambat Aja Kendo”. Masyarakat pun bisa berbelanja melalui www.ukmvirtualexpo.com, dengan ratusan toko online fashion yang secara lengkap memajang produk UMKM se-Jawa Tengah.

 

Ketua Dekranasda Jateng Atikoh Ganjar Pranowo pun berkesempatan menjual beberapa produk UKM secara langsung. Mulai dari kalung, dompet, jaket, daster, maupun dress. Tak butuh waktu lama, produk-produk yang dijual dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tersebut laris manis oleh pembeli.

 

Atikoh mengapresiasi acara UVO II. Menurutnya, UMKM sektor fesyen mulai menggeliat. Yang perlu dilakukan UMKM adalah menyiasati peluang pasar mengingat saat ini kondisinya berbeda dibanding sebelum pandemi.

 

Dia menunjuk contoh yang dilakukan perancang kondang Anne Avantie, yang sebelumnya membuat produk UMKM kelas premium. Namun, sekarang juga memproduksi pakaian kasual yang nyaman dipakai, sebagai bentuk pemenuhan masyarakat yang banyak beraktivitas di rumah, termasuk melalui daring.

 

“UMKM harus bisa menyiasati itu,” kata dia.

 

Ketua TP PKK Jateng ini menuturkan, sekarang sudah saatnya pelaku UMKM  beralih memasarkan produknya dengan memanfaatkan teknologi informasi. Baik itu, promosi sampai peragaan busana. Mereka dituntut bisa menguasai teknologi.

 

Praktis, pelaku UMKM harus berusaha keras memanfaatkan teknologi informasi supaya bisa menarik minat masyarakat. Tentu dengan cara memanfaatkan pemasaran digital, dengan memperhatikan teknik pengambilan foto produk biar menarik, menangkap peluang marketplace, dan bekerja sama dengan platform pemasaran digital.

 

“Mau tidak mau, suka tidak suka, UMKM ayo belajar bersama-sama untuk bisa menguasai teknologi. Sehingga bisa meraih pangsa pasar,” sambung Atikoh.

 

Dia menilai, ke depan, pasar digital memiliki potensi luar biasa. Sebab dengan menguasai teknologi pada penjualannya, berarti sama saja bisa memasarkan produknya di pasar tanpa batas (borderless), banyak yang melihat. Tidak hanya warga lokal tapi secara global.

 

“Jadi transaksi bisa secara dunia,” imbuh dia.

 

Oleh karena itu, kata Atikoh, pelaku UMKM hendaknya cermat menangkap peluang ini. Pemerintah provinsi sejauh ini tak lelah mendorong pelaku UMKM. Seperti dengan memberikan pelatihan pemasaran secara online, membantu memetakan produk yang dibutuhkan sampai melakukan pelatihan administrasi keuangan.

 

“Ada yang secara offline atau online. Juga didampingi sampai eksekusinya. Seperti kita mencoba Rembang yang akan menjadi klaster untuk fesyen, karena Rembang punya potensi luar biasa,” bebernya.

 

Atikoh menuturkan Rembang memiliki potensi luar biasa seperti batik Lasemnya yang luar biasa. Harapannya itu akan menjadi tren di Jawa Tengah hingga nasional.

 

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah Ema Rachmawati mengatakan, UVO II kali ini mengkhususkan pada produk fesyen dengan spirit Yes U Can! Aja Sambat Aja Kendo.

 

“Anda semua bisa, tidak boleh mengeluh dan jangan mengendorkan semangat untuk terus berjualan,” kata dia.

 

Dalam gelaran UVO II, pihaknya menargetkan mengenalkan produk fesyen Jawa Tengah yang tidak hanya Pekalongan, Semarang, Solo. Ternyata saat even ini diadakan, banyak potensi kota lain bermunculan. Hanya kualitasnya yang perlu diperbaiki.

 

Target selanjutnya adalah mendorong kabupaten dan kota yang memiliki kain agar membuat produk baju. Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar semua daerah membangun fesyen Jawa Tengah dengan kain mereka.

 

“Batik, lurik dan tenun. Itu yang ingin kita bangun adalah mendorong teman-teman kabupaten kota,” ujarnya.

 

Sebab, dia menilai Jawa Tengah masih kurang dalam fesyennya. Hari ini, total ada sekitar 110 UMKM fesyen dengan produknya mencapai 2.595 yang tampil di UVO II. Seperti daster, topi, dan lainnya.

 

“Bahkan, pada kondisi sekarang, daster itu omzetnya naik 300 persen,” beber Ema.

 

Dia optimistis jika dengan kesuksesan UVO, pelaku UMKM fesyen nantinya akan berduyun-duyun ingin ambil bagian di event serupa selanjutnya.

 

Sementara, Anne Avantie menekankan pentingnya berbagi kisah sukses (true story) dan teori dalam suatu event. Jadi tidak melulu produk.

 

“Orang sekarang lebih mendengar true story dibanding teori. Mungkin saya adalah tokoh true story,” kata Anne.

 

Dia mengatakan, kekuatan UMKM bukan hanya pada produk tapi juga kepopuleran personal branding seperti dirinya. Apalagi, sejak kecil Anne memang memiliki keinginan untuk menjadi pribadi yang populer. Sehingga saat popularitas sudah digenggam, maka dia yakin, orang-orang akan lebih mendengar, dan melihat lebih dalam personalnya dan juga produk.

 

“Popularitas itu seperti bensin. Naik mobil lebih cepat sampai dibanding yang lain,” ujarnya yang juga warga Kota Semarang ini.

 

Oleh karena itu, dia bersama jajaran pemerintah Jateng, berharap pelaku UMKM Jawa Tengah mengubah sudut pandang jika produk saja tidak cukup. Tapi juga ada kerja keras, cerdas, dan juga cermat.

 

“Di sinilah letaknya bahwa UMKM harus sadar bahwa dirinya adalah sebuah energi yang akan mendorong produknya untuk laku. Maka jangan takut ketika kamu harus di depan sendiri,” harapnya. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait