Ponpes Tak Hanya Pusat Pendidikan Islami

  • 03 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Boyolali – Peran pondok pesantren tidak hanya sebagai pusat pendidikan agama Islam, melainkan juga sarana belajar sekaligus mempraktikan berbagai ilmu. Baik ilmu sosial atau kegotongroyongan, ilmu ekonomi, pusat pertahanan moral, wawasan kebangsaan, serta keterampilan yang bermanfaat.

“Indonesia saat ini butuh pendidikan membentuk karakter generasi bangsa, maka peran ponpes dan ulama itu penting. Saya berharap keberadaan ponpes semakin berkembang, sehingga ada ilmu agama yang bermanfaat juga keterampilan untuk bekal hidup para santri,” beber Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat bersilahturahmi di Pondok Pesantren An-Najah Dawar, Mojosongo, Boyolali, Rabu (2/8) malam.

Dalam kehidupan di dunia, lanjut dia, selalu muncul berbagai persoalan baik politik, ekonomi, agama, maupun sosial. Tapi tidak sedikit masalah tersebut terselesaikan atas peran ulama. Ganjar mencontohkan saat para tokoh agama terutama kiai di seluruh pelosok nusantara

“Seperti dulu Bung Karno bingung piye iki cara ngrampungke persoalan negara ben rakyat guyub. Lalu Bung Karno cuma menghubungi kiai kemudian diadakan halal bihalal,” terangnya.

Di hadapan pengasuh Ponpes An-Najah KH Abdul Hamid dan puluhan santri, mantan anggota DPR RI tersebut juga menyampaikan, dia kerap mendapat protes para pengasuh ponpes terkait permasalahan proses penyaluran dana hibah yang dinilai sulit. Padahal kebijakan tentang dana hibah merupakan pelaksanaan undang-undang yang memerintahkan penerima dana hibah harus berbadan hukum.

“Kalau silahturahmi ke ponpes saya sering diprotes karena penyaluran dana hibah dipersulit. Pak gubernur sekarang kalau minta bantuan kok dipersulit, harus berbadan hukum segala. Lha itu yang memerintah undang-undang. Kalau itu uang saya sendiri pasti saya berikan dengan gampang, apalagi itu uang rakyat, saya kan mung ngecakke,” jelasnya.

Namun karena APBD tidak mencukupi, pemprov membuat kebijakan supaya dana hibah bisa terus bergulir guna kebaikan bersama, termasuk hibah untuk ponpes yang tersebar di berbagai daerah di Jateng. Pihaknya juga menggalang dana dari para ASN di lingkungan Pemprov Jateng, karena sebagian kecil dari rejeki ASN itu merupakan hak orang lain, dan jika diberikan kepada masyarakat yang berhak akan membersihkan harta yang dimiliki. Karenanya para ASN diminta untuk membagi sebagian kecil pendapatan kepada masyarakat lain melalui zakat pendapatan.

“Saya kumpulkan ternyata hasilnya lumayan banyak. Satu bulan pertama terkumpul Rp 500 juta, kemudian memginjak dua tahun berjalan mencapai Rp 1,6 miliar. Ini bukan hanya spirit agama tapi juga spirit gotong royong,” imbuh gubernur.

Selain berdialog dengan pengasuh dan santri ponpes, gubernur juga menyerahkan bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Jateng kepada pengasuh Ponpes An-Najah sebesar Rp 75 juta. Usai penyerahan dan ramah tamah, kegiatan ditutup dengan salat Isya berjamaah di masjid ponpes.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait