Pimpin Nitilaku UGM, Ganjar Seru-seruan Bareng Warga Yogya

  • 16 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Yogyakarta – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memimpin ribuan Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengikuti upacara Nitilaku UGM 2018, Minggu (16/12). Mengenakan Beskap warna merah lengkap dengan blangkon nya, Ganjar yang juga Ketua Pengurus Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada (PP Kagama) itu tampak gagah dan memesona.

Hal itu membuat warga Yogyakarta terkesima. Di sepanjang rute yang dilalui antara Keraton Yogyakarta menuju kampus UGM, Ganjar selalu menjadi rebutan warga yang meminta untuk berfoto bersama.

Hampir di setiap sudut jalan, warga yang menunggu di pinggir jalan langsung menyerbu Ganjar untuk minta berfoto bersama. Dengan sabar dan senyum sumringah, Ganjar melayani warga untuk berfoto. Sesekali, mantan anggota DPR RI itu juga nge-vlog keseruan dan antusiasme warga.

Kristina Vina (33), warga Ratmakan Yogyakarta mengatakan, dia ngefans dengan Ganjar sejak lama. Ia bersyukur dapat berfoto dengan orang yang dikagumi itu.

“Ternyata aslinya lebih ganteng, lebih keren. Apalagi ini pakai beskap, duh keren banget,” kata Vina.

Meskipun memimpin Jawa Tengah, Vina yang orang Yogyakarta mengaku mengenal Ganjar. Dia mengagumi gaya kepemimpinan dan gebrakan-gebrakan yang diakukan pria berambut putih itu selama memimpin Jateng.

“Hal itu yang membuat pak Ganjar terkenal, masuk televisi terus, di koran-koran juga banyak fotonya,” tambahnya.

Upacara Nitilaku merupakan agenda rutin yang digelar oleh UGM setiap tahun, dalam memperingati hari lahir universitas perjuangan dan kerakyatan itu. Dalam kegiatan tersebut para civitas akademika bersama para alumnus, mahasiswa dan masyarakat berjalan dari Keraton Yogyakarta menuju Balairung UGM dengan jarak sekitar empat kilometer.

“Upacara Nitilaku ini merupakan upacara pawai budaya untuk mengenang perjalanan sejarah UGM yang erat kaitannya dengan Keraton Yogyakarta. Antara Keraton Yogyakarta dan UGM memang memiliki keterikatan yang sangat erat, karena sebelum pindah ke gedung yang saat ini digunakan, kegiatan belajar mengajar UGM dilaksanakan di keraton Yogyakarta,” beber Ganjar.

Ditambahkan, upacara Nitilaku dilakukan setiap tahun dengan mengedepankan aspek kultural dan tradisi. Namun yang membedakan tahun ini, para peserta tidak melintasi jalan-jalan umum, melainkan melintasi kampung-kampung padat penduduk dan berbaur dengan warga.

“Di antara keraton dan kampus terdapat kampung-kampung. Sengaja kami melintasi kampung-kampung sebagai penegas komitmen kami bahwa UGM juga merupakan kampus kerakyatan yang peduli kepada rakyat,” tegasnya.

Dalam kegiatan itu, lanjut Ganjar, seni, budaya dan tradisi memang dikedepankan. Para peserta sengaja menggunakan pakaian tradisional tempo dulu untuk memeriahkan acara. Tak sedikit para peserta yang menggunakan pakaian adat masing-masing daerah asal, seperti pakaian adat Lampung, Palembang, Kalimantan dan sebagainya.

“Sebenarnya temanya pakaian jadul, karena kami ingin menunjukkan nuansa kesejarahan dalam Nitilaku ini. Namun banyak yang memakai pakaian adat masing-masing daerah, yang menambah meriah suasana. Ini membuktikan bahwa Kagama tidak lupa pada seni, budaya dan adat tradisional Indonesia,” tutupnya.

Selain Ganjar, upacara Nitilaku UGM tersebut dihadiri juga oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Rektor UGM Prof Panut Mulyono, jajaran civitas akademika UGM, dan tokoh masyarakat.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, secara kesejarahan, memang ada garis imaginer antara Keraton Yogyakarta dengan UGM.

“Mari kita jadikan momentum ini untuk mempertegas komitmen UGM untuk membangun kebersamaan. Harapan saya, UGM tidak berubah dari identitas kelahirannya, yakni sebagai tempat pendidikan yang berkomitmen dan mengabdi untuk rakyat, bangsa dan negara,” terangnya.

UGM lanjut Sri Sultan memang sejak awal dibangun untuk menjadi pendidik generasi bangsa bangsa yang akan membawa Indonesia semakin maju dan sejahtera. Buktinya, banyak alumnus UGM yang berhasil dalam mengamalkan dan mengabdikan ilmu untuk masyarakat.

“Saya belum pernah mendengar ada alumnus UGM yang merugikan rakyat,” pungkasnya.

Penulis : Bw, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait