Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Semarang – Generasi muda wajib mewaspadai “perang modern”. Pasalnya, perang modern tidak menggunakan kekuatan militer, kehadirannya sunyi senyap, namun mampu membahayakan ideologi bangsa.

“Perang modern bukan berperang dengan kekuatan militer, tapi negara akan terbawa dengan format ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya asing secara tidak sadar. Perang nonmiliter ini memiliki ancaman karakteristik berbeda. Tidak bersifat fisik dan tidak terlihat. Salah satunya adalah proxy war,” terang Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP saat menjadi narasumber pada acara Seminar Nasional bertajuk “Meningkatkan Semangat Bela Negara dalam Mewujudkan Pertahanan Negara yang Tangguh” di Untag Semarang, Rabu (13/12).

Sri Puryono menambahkan, perang modern meracuni generasi muda melalui difusi budaya asing yang belum tentu sesuai dengan ideologi Pancasila. Racun itu dapat berwujud makanan, fashion, seni yang sifatnya westernis dan teknologi yang disalahgunakan.

“Perang modern mengubah pola pikir. Kita akan dicekoki dengan budaya asing. Lunturnya Pancasila karena kita tidak kuat menyaring, memilah, dan memilih masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya kita. Sehingga ideologi politik dan ekonomi kita akan tergiring oleh arus budaya asing,” lanjutnya.

Ketua Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia itu menerangkan, pelestarian budaya lokal adalah benteng terhadap perang modern tersebut. Dia mencontohkan, Pemprov Jateng getol menghidupkan seni budaya dengan menggelar ketoprak eksekutif. Tidak hanya pejabat eselon II yang bermain peran. Sri Puryono dan Gubernur Ganjar Pranowo beserta istri sering menjadi lakon utama pada pagelaran ketoprak itu.

“Budaya lokal menjadi benteng terhadap masuknya budaya asing. Kita harus mencintai dan melestarikan budaya kita agar tidak tergiring arus budaya Barat,” pungkasnya.

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Facebook

Google

Twitter

Pinterest

Linkedin