Mbah Barkah “Bungah” Didatangi Gubernur

  • 16 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Pekalongan – Wajah bahagia dan tawa lebar terlihat dari Warsono dan Barkah, pasangan suami istri warga Desa Patianom, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Warsono dan Barkah. Bagaimana tidak, dua orang lanjut usia tersebut didatangi tamu istimewa, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Ganjar sengaja mendatangi Warsono dan Barkah karena mendapat laporan jika kedua lansia itu hidup di rumah tidak layak huni. Kedatangan Ganjar ke tempat tersebut tak sekadar berkunjung. Namun sekaligus membangun rumah bagi Warsono dan Barkah melalui program rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Pemprov Jateng.

Ya Allah, matur nuwun pak Ganjar sampun dugi mriki, kula bungah sanget pak (Ya Allah terima kasih pak Ganjar sudah datang ke sini, saya sangat senang sekali,” ucap Barkah menyambut kedatangan Ganjar bersama rombongan, termasuk Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, Rabu (16/1).

Mendapati hal itu, Ganjar kemudian duduk bersimpuh di samping kakek nenek delapan anak ini dan bercengkrama. Dengan tingkah lucu, Ganjar menghibur kedua manula tersebut sampai mereka terkekeh.

Umur njenengan pinten mbah (usianya berapa mbah)?” tanya Ganjar.

Mboten ngertos pak, mboten kelingan (tidak tahu pak, tidak ingat),” jawab Warsono.

Ganjar kemudian bertanya, apakah zaman penjajahan Belanda sudah lahir, dua manula tersebut mengatakan sudah.

Sampun pak, riyin zamane Londho ngangge baju saking karung goni (sudah pak, dulu zaman Belanda pakaiannya dari karung goni),” jawabnya.

Keceriaan-keceriaan lain ditunjukan saat Ganjar menanyakan ikhwal perkawinan mereka. Ternyata, Warsono adalah suami ketujuh Barkah.

Kula sampun mbojo ping pitu pak. Niki bojo kula sing terakhir. Anak kula wolu (saya sudah menikah tujuh kali. Ini suami saya yang terakhir. Anak saya delapan),” ucap Barkah disambut tawa masyarakat yang hadir.

Warsono dan Barkah merupakan dua warga Kabupaten Pekalongan yang selama ini tinggal di rumah tidak layak huni. Mereka berdua tinggal dengan menempati tanah milik desa setempat.

Keduanya sehari-hari bekerja mengelem kapas dengan penghasilan Rp5.000 perhari. Uang tersebut mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Ini sebenarnya dulu ada yang melaporkan ke saya, kemudian kita tindaklanjuti. Saya senang kerja sama dengan kabupaten bahkan sampai desa. Luar biasa, responnya sangat cepat dari kepala desa dan bupati,” kata Ganjar.

Menurut gubernur, sebenarnya cerita semacam itu masih ada di tempat lain. Yang penting adalah masyarakat bisa membantu yang seperti ini.

“Saya berharap masyarakat dapat menginformasikan, kemudian kita bertindak. Kita tidak bisa sak dek sak nyet, tapi kalau kita mencari mereka yang miskin yang butuh bantuan kita bisa cepat membantu, dari APBD, CSR, Baznas, yang terpenting bantuan dari masyarakat,” terang mantan anggota DPR RI ini.

Dari obrolan bersama Warsono dan Barkah, Ganjar mengetahui jika keduanya baru memiliki Kartu Indonesia Sehat. Sementara bantuan lain belum ada.

“Menurut saya perlu PKH (Program Keluarga Harapan) dan bantuan nontunai. Saya minta untuk didaftar. Sementara terkait rumah ini, karena tanahnya milik desa nanti Pak Bupati mau nyari kan lahan. Kita siap membantu membangun rumahnya,” paparnya.

Alumnus UGM ini menjelaskan, hal-hal semacam itu harus diburu dan dibereskan. Di Kabupaten Pekalongan saja, lanjut dia, masih ada sekitar 10 ribu warga yang tinggal di rumah tidak layak huni.

“Maka kita lakukan pemberesan secara bertahap. Hanya yang perlu tindakan cepat ya kita lakukan secara cepat. Tapi sebenarnya yang paling penting adalah kepedulian dari masyarakat. Saya senang karena ternyata sudah ada tahapan yang sudah dilakukan masyarakat,” pungkasnya.

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga memberikan bantuan berupa uang tunai dari Baznas dan paket sembako kepada pasangan Warsono dan Barkah.

 

Penulis : Bw, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait