Mahasiswa Diminta Ikut Redam Konflik Politisasi Agama

  • 30 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengajak seluruh civitas akademika UIN Walisongo, khususnya mahasiswa, agar ikut meredam konflik yang dijumpai di sekitarnya. Mereka juga diminta melawan isu-isu SARA, hoaks, perpecahan, dengan memberikan edukasi langsung kepada masyarakat.

Meski menurutnya antusiasme mahasiswa dalam bidang politik rendah, Gus Yasin, sapaan akrab wagub, berharap mereka tetap memikirkan hal itu. Misalnya, ketika pesta demokrasi, mahasiswa cenderung tidak memilih caleg maupun capres dengan tidak pulang ke kampung halamannya, itu perlu menjadi perhatian khusus.

“Mahasiswa harus menjadi tonggak, garda terdepan dalam memberikan edukasi pentingnya, melawan isu hoaks, SARA yang memusuhi agama, maupun memusui negara,” tegasnya saat menjadi pembicara Seminar Nasional Indonesia Damai Mereduksi Politisasi Agama di Tahun Politik di Aula Kampus III UIN Walisongo, Rabu (30/1/2019) siang.

Selain Gus Yasin, pembicara lainnya yang hadir, Komisioner KPU Jateng Ikhwadunin, Ketua Bawaslu Jateng Fajar Saka, serta Wakil Rektor I UIN Walisongo, Musahadi.

Gus Yasin menambahkan, politisasi agama sudah ada paska meninggalnya Nabi Muhammad Saw saat memilih pemimpin pengganti. Meski begitu, upaya menghindari konflik dengan saling menghormati harus dikakukan.

“Perpecahan sekarang ini sudah lebih dahsyat karena dibenturkan dengan agama lain dan golongan. Dan ini bahaya. Peran pemerintah tentu saja bersama Forkopimda, polisi, TNI, Bawaslu, KPU, kerja sama juga dengan mahasiswa sebagai aktor akademis meredam konflik isu SARA, yang mengarah pada perpecahan ideologi atau agama,” tandas wagub.

Ditambahkan, yang perlu diwaspadai, orang-orang fasik yang selalu memberikan berita tidak betul, tapi merasa tidak pernah salah. Maka, para intelektual pun harus meluruskannya dengan tabayun, atau klarifikasi.

Komisioner KPU Jateng Ikhwanudin menandaskan, menjelang Pemilu legislatif dan eksekutif, siapapun tidak boleh menghina agama, suku dan ras. Sebab hal itu sudah termasuk kategori kampanye hitam atau negatif.

Ketua Bawaslu Jateng Fajar Saka menandaskan, pihaknya berupaya mencegah segala upaya yang ingin memecah persatuan dan memicu konflik. Salah satunya intens berkomunikasi dengan jajaran Parpol.

Sementara itu, Wakil Rektor I UIN Walisongo Musahadi menjelaskan ilmu pengetahuan dapat menjadi alat untuk mereduksi politisasi agama.

“Politik itu kan rumahnya beragam kepentingan. Sehingga, tidak heran jika nalar agama digunakan untuk kepentingan politik tanpa melihat moral,” tandasnya.

Penulis : Sy, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait