Limbah Tahu pun Bisa Jadi Dompet Cantik

  • 04 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Klaten – Limbah tahu seringkali terbuang begitu saja. Padahal, dilihat dari konsumsinya yang terhitung banyak karena menjadi makanan kegemaran masyarakat, limbahnya pun tidak sedikit. Akibatnya, saluran air yang menjadi tempat pembuangan limbah tahu, seringkali menimbulkan bau menyengat.

Namun, di tangan siswa SMAN 3 Semarang, limbah tahu justru diolah menjadi dompet cantik. Ditemui di salah satu stand pameran dalam rangka Peringatan Hari Air Dunia XXVII Provinsi Jawa Tengah, di tepi Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Kamis (4/3/2019) siang, Azarin Kayla, siswa kelas X SMAN 3 Semarang menjelaskan, ada dua jenis limbah produksi tahu, yakni limbah padat dan limbah cair. Limbah padat sering digunakan sebagai pakan ternak. Namun, untuk limbah cair, kebanyakan produsen tahu masih membuangnya ke sungai karena belum memiliki teknologi pengolah limbah.

Padahal, imbuhnya, limbah cair tahu tersebut sangat berbahaya jika dibuang langsung ke air, karena tingginya kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), serta potential of Hydrogen (pH) atau tingkat kebasaan air. Sehingga menimbulkan bau, mengurangi kadar oksigen dalam air dan meningkatkan kekeruhan air.

Kondisi itulah yang melatarbelakangi Azarin bersama rekannya, mengolah limbah cair tahu menjadi dompet cantik yang dipadu dengan anyaman eceng gondok. Harganya pun terbilang ramah di kantong. Dompet ukuran kecil, dibanderol Rp95 ribu dan yang besar Rp110 ribu.

Diterangkan, pembuatan dompet dimulai dengan mengolah limbah cair tahu diberi bakteri. Limbah pun berubah menjadi nata, yang kemudian dikeringkan. Nata kering yang berbentuk lembaran inilah yang selanjutnya siap diolah menjadi kerajinan seperti tas, dompet, tempat pensil dan sebagainya. Agar rata, lembaran kering pun disetrika terlebih dahulu. Sedangkan untuk menghilangkan bau, lembaran nata direndam dengan kopi selama 10 jam.

“Produk ini selain memberi sumbangsih pada penyelamatan ekosistem sungai dari pencemaran limbah tahu, juga bisa mengangkat nilai budaya lokal, dan tentunya ramah lingkungan,” ujarnya.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono yang menghadiri peringatan itu, terkesan dan membeli lima buah dompet berukuran besar, diikuti Kepala BPBD Jateng Sudarwanto dan Bupati Klaten Sri Mulyani yang masing-masing membeli satu dompet berukuran besar.

“Ini kreativitas dan inovasi yang harus diapresiasi. Salut untuk siswa SMAN 3 (Semarang). Saya membeli lima,” kata Sekda sambil memberikan uang Rp550 ribu kepada salah satu siswa.

Penulis : Sy, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto Eb, Humas Jateng

Berita Terkait