Lansia dan Disabilitas Bukan Kaum Lemah

  • 25 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Banyak orang beranggapan jika kehidupan di masa tua tidak dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Padahal tidak jarang para lanjut usia dan para penyandang disabilitas yang kadang diabaikan ternyata mampu mandiri, dapat berkarya, dan bermanfaat bagi orang lain.

“Bapak gubernur dan saya sangat sengkuyung kegiatan ini karena lansia dan disabilitas itu bukanlah kaum yang lemah,” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs Heru Sudjatmoko MSi mewakili Gubernur H Ganjar Pranowo SH MIP pada Pembukaan Kegiatan Pemberdayaan Tenaga Kerja Lanjut Usia dan Disabilitas di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017, di Hotel Plaza, Senin (25/9).

Ia mencontohkan almarhum Doktor Radjiman Widyodiningrat. Meskipun usianya saat itu sudah lanjut, namun memiliki semangat, keberanian, dan kearifan memimpin sidang pertama Badan Politik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tidak kalah hebat, tokoh penyandang disabilitas asal Pekalongan Putra Gede, yang mampu menghasilkan karya batik tingkat nasional. Bahkan kayanya terpajang dalam pameran Inacraft 2017 di Jakarta Convention Center.

Setelah mengikuti kegiatan ini, lanjut Wagub, para peserta semakin semangat dan bertambah keterampilannya. Sehingga bisa untuk menopang kehidupannya sehari-hari, minimal tidak terlalu bergantung pada lingkungan atau keluarganya.

“Contoh-contoh yang hebat inilah kemudian sejarah juga membuktikan kalau orang yg sepuh tidak sekadar mampu menaikkan umur dan tutur sembur. Menjadi orang hebat tidak gampang, tetapi paling tidak bermanfaat untuk dirinya sehingga bisa lebih mandiri, dan bermanfaat untuk lingkungannya,” beber Heru.

Mantan Bupati Purbalingga itu juga mendorong semangat para penyandang disabilitas, memberikan motivasi jika mereka tidak sendiri. Apalagi, pemerintah juga terus mengajak partisipasi mereka dengan semangat gotong-royong, baik di lingkup pemerintahan, organisasi organisasi kemasyarakatan maupun warga.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Tengah, Wika Bintang menjelaskan, kegiatan yang melibatkan kelompok tenaga kerja yang rentan ini merupakan salah satu upaya untuk memutus siklus kemiskinan dengan cara memberikan bantuan akses terhadap pengembangan tenaga kerja yang berkualitas.

“Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mendapatkan pekerjaan atau sebagai tenaga kerja mandiri,” katanya.

Wika menjelaskan, kegiatan yang diikuti 120 peserta ini untuk memberikan panduan bagi pemangku kepentingan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan tenaga kerja khusus. Selain itu menguatkan lembaga pelaksana di tingkat kabupaten dan kota dalam rangka mendukung program penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja yang selaras dengan program pengembangan penghidupan yang berkelanjutan.

Tujuan lainnya, meningkatkan kualitas pendampingan kewirausahaan bagi tenaga kerja khusus sehingga terbentuk wirausaha baru, serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja mandiri dalam membuka dan mengembangkan usaha.

Ditambahkan, pemberdayaan yang sudah berlangsung sejak 2011, antara lain untuk tenaga kerja lansia di Kota Semarang dengan materi pelatihan tata boga. Pada 2012 dilakukan pemberdayaan untuk disabilitas dengan materi menjahit dan menyulam, 2014 pemberdayaan TKI. Sementara, pada 2015 melalui dana APBN dilaksanakan pemberdayaan tenaga dengan memberikan keterampilan membuat pernik pernik-pernik, tata boga, dan jahit.

“Khusus kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi tenaga kerja Agustus 2017 yang didanai APBN, selain pelatihan juga diberikan sarana usaha,” imbuhnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait