Jangan Minder Tinggal di Panti Sosial

  • 12 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Wonosobo – Tinggal di panti sosial anak, tak boleh membuat penghuninya merasa rendah diri. Para penerima manfaat justru harus memiliki semangat belajar tinggi karena di sana mereka juga dibekali dengan beragam keterampilan, seperti menjahit, tata rias, dan lainnya. Mereka juga dapat melanjutkan studi hingga perguruan tinggi dan menggapai cita-cita.

“Tidak boleh ada kata-kata minder. Adik-adik yang kita latih, kita bekali dengan soft skill. Kalau adik-adik mau melanjutkan ke perguruan tinggi, kita upayakan bantu asalkan adik-adik belajar dengan sungguh-sungguh,” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen saat berkunjung ke Rumah Pelayanan Sosial Anak Mardi Yuwono Wonosobo, Rabu (12/12).

Gus Yasin, sapaan akrabnya, menjelaskan dia pernah mengunjungi panti sosial anak di beberapa daerah. Ketika dewasa, beberapa penerima manfaat justru menjadi orang sukses. Ada yang menjadi pengusaha hingga ulama.

“Kami ada komisaris utama yang juga lulusan panti, dan beliau mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga. Selain itu, juga ada yang menjadi kiai dan pengusaha. Artinya, di sini ada kesempatan bagi adik-adik yang terbuka lebar,” bebernya.

Putera ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu berpesan agar siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah yang saat ini tinggal di panti sosial, senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh.

“Saya berpesan kepada adik-adik di sini, belajar yang serius, karena tujuan kami memfasilitasi adik-adik adalah untuk kesejahteraan. Kesejahteraan bisa dicapai apabila ada keilmuan dan pengalaman,” pesannya.

Pada kesempatan itu, Gus Yasin juga berdialog dengan siswi yang tinggal di RPSA Mardi Yuwono. Salah seorang di antaranya adalah Siti Solikhah yang mengenyam pendidikan di SMKN 1 Wonosobo. Gadis berhijab itu mengusulkan kegiatan pelatihan komputer dan seni rebana dapat diselenggarakan rutin.

Menanggapi usulan Siti, Gus Yasin berpendapat, kegiatan keagamaan memang perlu diberikan kepada penerima manfaat RPSA Mardi Yuwono. Pasalnya, saat ini kecerdasan intelektual dan bekal soft skill saja tidak cukup untuk menghadapi ancaman pengaruh negatif.

“Kegiatan keagamaan saya rasa juga memang perlu ditambah. Karena saat ini pintar dan punya skill saja tidak cukup. Nilai dan norma agama yang dapat membentengi diri kita dari tindakan negatif seperti korupsi, kekerasan, dan lainnya,” tegasnya.

Gus Yasin kemudian berkunjung ke Rumah Pelayanan Sosial PMKS Pamardi Raharjo di Banjarnegara. Rumah singgah itu dihuni oleh 50 orang penerima manfaat, seperti pengemis, gelandangan, orang terlantar (PGOT) hingga sakit jiwa. Di sana, PGOT diberikan keterampilan membuat keset yang kini semakin banyak dipesan pihak luar.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait