Inginkan Forum TJSLP dapat Implementasikan CSR Tepat Sasaran

  • 23 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Keprihatinan terhadap abrasi yang terjadi di Pantai Maron mendorong PT Phapros untuk memberikan edukasi dan pemberdayaan bagi puluhan petani tambak yang tinggal di sekitarnya. Awalnya, para petani tambak beranggapan bahwa pohon bakau adalah musuh bagi mereka, karena ikan, kepiting, udang akan sulit memasuki lingkungan tambak. Berbekal edukasi yang mulai dilakukan pada 2011, para petani tambak mencoba mengenal potensi pohon bakau yang tumbuh di sekitar mereka.

Pembina CSR PT Phapros Diah Istantri menyampaikan, Maron Mangrove Edupark diawali dari keprihatinan pihaknya terhadap abrasi. Pihaknya bekerja sama dengan Lanumad Ahmad Yani untuk mencegah abrasi dengan menanam mangrove.

“Kemudian kita melakukan social mapping dan menemukan bahwa di sana banyak petani tambak yang penghasilannya berkurang karena reklamasi. Setelah itu, kita lakukan pendekatan dan edukasi karena sebelumnya pikiran mereka itu dengan adanya mangrove, ikan, kepiting, udang nggak datang,” jelasnya saat menghadiri Rapat Koordinasi Forum Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) Provinsi Jawa Tengah, di Kantor Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Rabu (23/1/2019).

Ditambahkan, PT Phapros kemudian mengundang pakar pohon bakau dari Universitas Diponegoro untuk membantu mengedukasi para petani tambak. Dengan pendekatan yang ditempuh dan edukasi yang diberikan oleh PT Phapros, para petani tambak pun tertarik menanam bibit pohon bakau pada 2011. Berkat keseriusan itu, para petani tambak yang semula berkurang penghasilannya karena terdampak reklamasi akhirnya bangkit.

“Tiga tahun ternyata mangrove sudah setinggi tiga sampai empat meter. Dirut PT Phapros dan Pusdik kemudian punya ide untuk membangun edupark, tidak sekadar tempat wisata, tapi lebih kepada edukasi. Akhirnya petani tambak itu sendiri yang membangun lahan 1,5 hektare Maron Mangrove Edupark menjadi objek edukasi dan wisata dan mulai beroperasi pada tahun 2016,” beber Diah.

Menurutnya, setelah didirikan, PT Phapros pun membantu para petani tambak memromosikan wisata Maron Mangrove Edupark. Mereka mengundang sekolah-sekolah untuk melakukan program luar kelas di Maron Mangrove Edupark, sehingga pengunjungnya semakin bertambah.

“Kita tidak menarik tiket masuk, tetapi setiap pengunjung yang datang kita minta untuk melalukan penanaman dengan membeli bibit. Tiketnya itu adalah bibit untuk kemudian mereka tanam. Jadi kita mengedukasi mereka untuk menjaga lingkungan secara sustainable,” lanjut Diah.

Selain memberikan edukasi tentang potensi pohon bakau, PT Phapros juga menggandeng dengan Yayasan Ikamat dalam mengedukasi istri para petani tambak yang umumnya adalah ibu rumah tangga untuk mengolah jajanan berbahan baku mangrove, salah satunya rempeyek mangrove. PT Phapros berencana bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah Provinsi Jawa Tengah untuk memberikan pelatihan desain kemasan rempeyek mangrove tersebut.

“Ini nge-link karena produk mereka dibawa ke Maron Mangrove Edupark. Pada saat ada pengunjung nanti kita sajikan untuk mereka beli. Ini menambah kesibukan ibu rumah tangga yang tinggal di sana dan mendapatkan penghasilan tambahan. Untuk saat ini, pemasarannya memang masih di sekitar Semarang. Kendalanya pada kemasan karena peyek mangrove yang mudah hancur,” paparnya.

Diah berharap, salah satu wujud program tanggung jawab sosial PT Phapros tersebut dapat direplikasi di daerah lainnya di Jawa Tengah. Perempuan berhijab itu juga ingin, melalui Rakor Forum TJSLP, perusahaan dapat mengimplementasikan program tanggung jawab sosial secara tepat sasaran sesuai dengan data yang dimiliki oleh instansi pemerintah. Sehingga masyarakat Jawa Tengah pun dapat lebih sejahtera.

“Program pemerintah apa saja mohon disampaikan kepada perusahaan karena tiap perusahaan konsentrasinya (untuk program tanggung jawab sosial) berbeda-beda. Diharapkan, implementasi program CSR bisa selaras dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lebih tepat sasaran,” harapnya.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP menyambut baik salah satu program tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT Phapros. Menurutnya, program tanggung jawab sosial tersebut tidak hanya mendukung pelestarian lingkungan, namun juga sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan Bandara Ahmad Yani yang berkonsep hijau (green airport).

Ketua Forum TJSLP itu menegaskan, upaya memajukan pembangunan daerah harus dilaksanakan secara sinergi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media agar tepat sasaran dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

“Harus ada kemitraan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan yang terkoordinasi, komprehensif, fleksibel, akuntabel dan terpadu. Semangat gotong royong ini yang sangat penting,” tandasnya.

Tak hanya PT Phapros, Sritex juga telah melakukan sejumlah program tanggung jawab sosial di Kabupaten Sukoharjo. Seperti pemberdayaan komunitas difabel agar mereka dapat bekerja di Sritex, pengembangan pertanian organik, dan pembangunan kampung jahit dengan melibatkan para ibu setempat agar mereka memiliki keterampilan dan pendapatan tambahan.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

 

Berita Terkait