Gemar Olahraga Tapi Tak Ingin Cedera, Ini Tipsnya

  • 18 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG  – Olahraga terbukti mampu meningkatkan imunitas tubuh. Namun, tanpa persiapan atau pemanasan yang betul, olahraga bisa berisiko cedera.
Nah, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, membahasnya dengan spesialis ortopedi dr Ivander Purvance, agar  bisa mendapatkan manfaat optimal olahraga serta minim cedera. Melalui akun Instagram @atikoh.s , Atikoh membahas pentingnya peregangan sebelum olahraga. Juga seputar topik pemeriksaan tulang untuk menghindari cedera olahraga.
Atikoh mengatakan, olahraga menjadi kegemarannya sejak lama. Selain bersepeda, istri Gubernur Ganjar Pranowo ini pun gemar berlari.
Me time saya itu juga olahraga. Selain itu juga memberikan kesehatan dan imun tubuh. Tetapi bila tidak dilakukan dengan benar juga bisa cedera, nah apa sih itu cedera?” tanya Atikoh kepada dr Ivander, Jumat (18/6/2021).
Dokter spesialis ortopedi dari Rumah Sakit Columbia Asia itu menjelaskan, ada dua kategori cedera yang bisa diderita. Satu cedera makro dan lainnya mikro.
“Ada sudden trauma seperti patah tulang, dislokasi sendi dan sebagainya itu disebut cedera makro. Sedangkan cedera mikro adalah cedera yang gradually, misalnya over use karena penggunaan berlebihan. Semisal cedera tendon, kalau tenis ya ada istilah tenis elbow,” ujarnya.
Ivander menyebutkan, baik perempuan dan laki-laki berpeluang terkena cedera. Hanya, laki-laki lebih sering terkena cedera makro. Sedangkan perempuan berisiko pada cedera mikro. Itu karena laki-laki cenderung berolahraga yang lebih eksplosif.
Dia menyebut, untuk mencegah cedera olahraga harus memiliki prinsip overload, memberi porsi latihan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Ia menyebut olahraga overload ialah membangun otot dan tulang dengan beban yang terus menerus ditingkatkan. Ini bertujuan agar tulang dan otot berkembang, serta melalui target waktu dan tujuan pasti.
Namun, olahraga tidak boleh over use. Artinya, terlalu dipaksakan dan tidak ada target pasti, serta dalam waktu singkat. Selain itu, olahraga sebaiknya dilakukan dalam waktu yang pasti, minimal 30 menit setiap sesi dalam repetisi 3-4 kali hingga 6 kali seminggu, dengan istirahat. Jangan lupa lakukan pemanasan, peregangan, dan pendinginan.
“Prinsipnya kita selalu training, karena kita ingin latihan agar berkembang otot dan tulang. Mungkin dulu pas muda pernah basket atau lari tapi kemudian terhenti lama. Kalau mulai lagi, ya kita harus mengondisikan badan dulu. Jangan sampai kita sudah tua, tapi melakukan sama pas waktu muda, bisa cedera. Latihan berkala dulu, ada kurvanya. Jika berlebih bisa cedera,” urainya.
Bagi orang tua yang hendak olahraga, imbuh Ivander, secara medis diperbolehkan. Namun, sebaiknya harus melalui screening terlebih dahulu. Apakah yang bersangkutan memunyai risiko osteoporosis (massa tulang berkurang) atau tidak. Dari pemeriksaan tersebut, akan diketahui olahraga yang cocok untuk orang tua. Dan olahraga yang paling cocok untuk penderita osteoporosis justru olahraga angkat beban.
“Tulang itu unik, ketika diberikan beban tulang itu bertumbuh. Kalau tidak malah massa tulang berkurang. Yang paling pas adalah olahraga dengan diberikan beban,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyarankan agar menekuni beberapa olahraga. Seperti lari dengan angkat beban. Kedua hal itu, dikatakan Ivander, akan saling menyokong.
“Namun, satu jenis olahraga ditekuni dengan baik jauh lebih bagus ketimbang tidak sama sekali,” imbuhnya.
Terkait penanganan cedera, Ivander memberikan empat langkah yang terangkum dalam kata RICE. Metode ini merupakan pertolongan pertama pada cedera, namun setelahnya tetap disarankan untuk ke dokter.
“Pertama Rest atau istirahat, kedua Ice berikan kompres dingin setelah cedera. Karena kan kalau cedera kan biasanya hangat suhunya, nah kalau cedera sudah lama beri kompres hangat. Yang ketiga Comppresion artinya beri tekanan. Kemudian terakhir elevation, umpamanya tangan cedara, angkat lebih tinggi dari jantung,” pungkasnya. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait