Dalang Jangan Macak Wayang

  • 03 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Kesenian dan kebudayaan dianggap sebagai salah satu tameng negara. Dalang, sebagai salah satu empu, diharap terus menjaga marwah khususnya di tahun politik ini, bukan justru berbalik dijadikan wayang.

Hal itu ditegaskan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah yang juga Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Jateng Sri Puryono KS, saat Pelantikan Pengurus Pepadi Jateng periode 2019 – 2024, di halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah, Sabtu (2/2/2019) malam. Dia mewanti-wanti agar dalang terus menjaga kehormatannya, bukan justru merendahkan derajat dengan macak jadi wayang. Terlebih di tahun politik ini, yang paling utama, dalang harus menyuarakan kepentingan bangsa dan negara.

“Kalau mau ditanggap kepentingan politik misalnya calon presiden dan wakil presiden nomer satu atau nomer dua, ya silakan. Tapi membawa kepentingan bangsa. Meski mereka memiliki hak pilih, kalau terpecah belah karena politik, jangan sampai,” tandasnya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam sambutannya yang dibacakan Sri Puryono mengatakan agar para dalang terus menghidupkan dan mewariskan wayang kepada generasi muda. Terutama soal pakem yang harus tetap dijaga, sabit, sabet, lakon, gending serta nggedok kotak yang tidak bisa ditawar. Tambahan teknologi dan alat musik modern pun diperbolehkan sebagai kreasi agar menarik bagi generasi muda.

“Wayang harus menjadi tuntunan, tatanan dan tontonan. Sehingga bisa menjadi kebanggan ekspresi dan rasa syukur. Apalagi, kita patut berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional,” tandasnya.

Diharapkan, pascapenetapan Hari Wayang Nasional, wayang dapat terus lestari. Para dalang pun bisa lebih menggali seni dan kembali tampil di masyarakat.

Dalam kesempatan itu, H Untung Wiyono resmi menjabat sebagai Ketua Pepadi Jawa Tengah hingga lima tahun mendatang. Sementara, Ketua Harian dijabat Widodo Brotosedjati. Mereka beserta seluruh pengurus dilantik Ketua Pepadi Pusat, Kondang Sutrisno.

Bukan sekadar pelantikan pengurus, malam itu digelar pertunjukan tiga lakon dari tiga dalang kondang. Ki Manteb Sudarsono dari Solo memainkan lakon Brubuh Ngalengka, Ki Sigit Arianto dari Rembang dengan lakon Sombo Juwing, dan Ki Sigit Adisabdo dari Banyumas yang membawakan lakon Sumantri Ngenger.

Tiga lakon yang dimainkan semalam suntuk tersebut disatukan tema besar Sadhumuk Batuk Sanyari Bumi. Bubrah Ngalengka, mengisahkan betapa mencekamnya peperangan yang tanpa aturan di tanah Ngalengka.

Ketua Pepadi Pusat Kondang Sutrisno mengatakan gerak Pepadi telah sampai di 23 provinsi di Indonesia dan 179 kabupaten/ kota, dengan ratusan ribu anggota. Bahkan Pepadi Jawa Tengah memiliki anggota yang mencapai 1.200 orang.

“Kami tidak ingin organisasi ini hanya jadi tempat ngumpul, namun juga sebagai upaya agar dunia pedalangan semakin ngrembug,” katanya.

Berbagai laku pun dijalankan Pepadi, dari festival pedalangan berbagai usia, sarasehan, diklat, konsultasi organisasi, dan yang paling inti melakukan pagelaran di setiap kabupaten minimal sebulan sekali.

“Saya berharap Jawa Tengah bisa semoncer Jawa Timur. Sini aktif, tapi di Jatim lebih aktif kegiatan sampai pagelaran,” tandasnya.

 

Penulis : Ib/Sy, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait