Cuci Tangan Pakai Sabun, Sederhana Tapi Dampaknya Luar Biasa

  • 15 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

KENDAL – Sudahkah Anda terbiasa cuci tangan pakai sabun (CTPS)? Tahukah Anda cara mencuci tangan yang benar? Saat apa saja kita mesti mencuci tangan?

Cuci tangan memang kerapkali digembar-gemborkan di masyarakat. Tapi ternyata mencuci tangan pakai sabun masih belum menjadi kebiasaan. Tak jarang, mereka hanya membasuh tangan dengan air.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo melalui Wakil Ketua IV Tjondrorini mengungkapkan, berdasarkan data UNICEF pada 2014, sebanyak 75,5 persen masyarakat Indonesia tidak terbiasa mencuci tangan karena menganggap tangan mereka bersih. Kalau pun mereka mencuci tangan, tidak jarang yang dilakukan hanya membilas tangan dengan air tanpa sabun, atau hanya cuci tangan di kobokan/ baskom kecil.

Padahal, imbuhnya, membilas dengan air saja tidak cukup untuk mematikan kuman di tangan. Sehingga, diare yang menjadi penyebab kematian terbanyak pada anak-anak dapat mengancam masyarakat.

Selain itu, masyarakat juga berisiko terkena kecacingan. Dan saat ini 90 persen anak Indonesia diketahui menderita kecacingan. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi kecerdasan dan tumbuh kembang anak karena cacing dalam tubuh akan menyerap nutrisi dan menggerogoti tubuh anak.

“Bayangkan kalau cacing pating kruel di perut, beranak pinak. Anak jadi letih, lelah, lesu, letoy, tidak bisa belajar, tidak semangat lagi,” ujarnya, saat Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia 2019 Tingkat Provinsi Jawa Tengah, di SDN 1 Tambahrejo, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal, Selasa (15/10/2019).

Namun, jelas Tjondrorini, kuman atau mikroba bisa mati jika tangan dicuci menggunakan sabun, dengan cara yang benar. Menurut data WHO (2014), mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi 40% risiko diare, dan 20% risiko infeksi saluran pernapasan akut, termasuk pneumonia.

Bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar? Menurut badan kesehatan dunia (WHO), ada beberapa langkah yang mesti dilakukan. Pertama, basuh telapak tangan sampai siku menggunakan air bersih yang mengalir, ambil sabun, usahakan sabun khusus cuci tangan, taruh di telapak tangan dan ratakan. Letakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, gosok hingga ke sela-sela jari secara bergantian. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari. Jari tangan kanan digosokkan pada telapak tangan kiri, dan sebaliknya dengan posisi saling mengunci. Ibu jari tangan kiri di gosokkan berputar pada genggaman tangan kanan dan ulangi sebaliknya. Gosok berputar ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri, dan ulangi sebaliknya.

Ditambahkan, ada enam titik kritis di mana harus melakukan CTPS. Yakni, sebelum dan sesudah mengolah makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah buang air besar (BAB), sebelum mengurus bayi (termasuk sebelum menyusui), setelah menceboki anak, serta setelah memegang hewan. Tentu, setelah bermain biasakan anak untuk mencuci tangan dengan sabun. Makanya, jadikan CPTS ini membudaya, gaya hidup, gerakan yang tidak dilupakan, dan nantinya menjadi norma yang baik di masyarakat.

“Tantangan kita, biasakan membentuk norma yang baik sejak dini, termasuk di kalangan anak SD. Sehingga menciptakan generasi sehat, dengan ditunjang perilaku CERDIK, Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress,” tandas Tjondrorini.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Winarno menambahkan, butuh waktu ekstra untuk penyadaran CTPS di masyarakat. Karenanya, CTPS mesti terus dilakukan, khususnya bagi anak usia dini.

“Perilaku dan kebiasaan CTPS ini sederhana. Tapi dampaknya luar biasa karena meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, juga dilakukan Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) dan Penyuluhan Pemberian Makanan bagi Bayi dan Anak, bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait