“Aja Mung Ngedhol Produk, Tapi Ngedhol Piknik”

  • 28 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Blora – Teknologi hidroponik dinilai dapat memberikan nilai ekonomis lebih ketimbang pertanian konvensional. Tidak hanya bisa memanfaatkan lahan yang terbatas, harga jual produknya pun lebih tinggi.

Indra Karyanto, petani hortikultura Desa Gadu, Kecamatan Sambong, Kecamatan Blora mengatakan teknologi hidroponik tidak membutuhkan lahan yang luas dan air yang banyak. Produk yang dihasilkan pun jauh lebih mahal dibandingkan pertanian konvensional.

“Banyak kelebihannya, hemat air, hemat tempat, harga lebih mahal, lebih sehat. Kalau di pasar harganya Rp 6.000, kalau disini bisa Rp 15.000,” kata Indra saat dikunjungi Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP di green house-nya, Kamis (28/12).

Indra menyampaikan lantaran tidak membutuhkan lahan yang luas, warga bisa menggunakan pekarangan mereka untuk budidaya tanaman hidroponik. Hasilnya dapat digunakan sendiri ataupun dijual untuk menambah pemasukan keluarga. Jenis sayuran yang bisa dibudidayakan bisa beraneka macam, mulai dari sawi, bayam, kangkung hingga padi.

Ganjar yang didampingi Bupati Blora Djoko Nugroho mengatakan, untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar lagi dari pertanian hidroponik, dia menyarankan agar tidak hanya dijual di pasar namun bisa dikembangkan menjadi tempat agrowisata hidroponik. Sehingga pengunjung tidak datang tidak untuk membeli sayur-sayuran namun melihat teknologi pertanian.

Ngedhole aja (produk) ning pasar tapi ngedhole adol piknik. Jadi orang datang bukan untuk beli sawi tapi mau piknik melihat teknologi pertanian hidroponik,” katanya.

Menurut Ganjar, dengan agrowisata keuntungan yang didapat akan lebih besar. Sebab, di samping tanamannya bisa memberi manfaat secara finansial, kebun tanaman hidroponik bisa menjadi tempat hiburan dan edukasi bagi masyarakat. Terlebih, agrowisata saat ini menjadi daya tarik masyarakat untuk dikunjungi karena memiliki nilai-nilai estetika yang bisa dinikmati.

Tak jauh dari lokasi green house hidroponik, Ganjar mendapati aktivitas warga yang masih membudayakan gotong royong. Mereka bahu-membahu membantu warga lain pindah ke lokasi yang lebih tinggi karena saat hujan rumahnya sering terendam air.

Gubernur sangat mengapresiasi kegiatan warga tersebut yang masih melestarikan kearifan lokal. Bahkan saat ditanya Ganjar apakah mereka mendapat upah dari pemilik rumah, mereka menjawab tidak sama sekali. Mereka cukup senang bisa membantu warga lain karena merupakan bentuk dari kebersamaan.

“Tidak dibayar, kita ikhlas membantu. Kalau dibayar namanya bukan gotong royong,” kata salah seorang warga.

Usai mengunjungi green house hortikultura, Ganjar melanjutkan kunjungannya ke Warung Makan Mbak Ellen yang merupakan nasabah Mitra25 Bank Jateng. Dia berhasil mengembangkan usaha karena dibantu permodalan dengan suku bunga rendah. Ganjar juga mengobrol dengan nasabah Mitra25 Bank Jateng lainnya dengan menikmati secangkir kopi klothok yang dibuat oleh pemilik warung.

 

Penulis : Kh, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait