Pembangunan Tol Solo-Yogya Agar Perhatikan Nasib Petani

  • 18 Jun
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KLATEN – Sidang Komisi Andal Jawa Tengah dengan jajaran Pemkab Klaten secara virtual membahas analisis dampak lingkungan dari pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) jalan tol Solo – Yogyakarta berlangsung interaktif di Ruang Video Conference Dinas Komunikasi Informatika, Klaten Rabu (17/6/2020).

Isu pertanian lestari menjadi persoalan dominan, tidak saja yang menyangkut keberadaan jalur irigasi dan sumber air, tetapi juga nasib petani.

“Lereng Merapi itu menjadi daerah tangkapan air dari atas untuk memenuhi pengairan lahan pertanian. Air menjadi sumber kehidupan petani. Maka pembangunan tol ini diharapkan menjamin keberlangsungan pasokan air bagi masyarakat,” jelas Sekretaris Daerah Klaten Jaka Sawaldi saat memimpin perwakilan pemerintah dan masyarakat dalam sidang amdal untuk mendengarkan penjelasan konsultan PT Adi Karya selaku pelaksana proyek.

Sidang dihadiri 10 camat, 48 kepala dan delapan tokoh masyarakat Kabupaten Klaten, dan terbagi dalam empat titik lokasi. Tiga titik lokasi bertempat di aula Kecamatan Delanggu, Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan Jogonalan dan ruang Vidcom Dinas Kominfo Klaten.

Sidang amdal sesi satu tersebut bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat terdampak proyek tol sepanjang 35,6 Km, meliputi trase Jawa Tengah dan Yogyakarta yang melintasi tiga kabupaten.

Aspek ekonomi, tambah Jaka, juga tidak kalah penting, hal ini menyangkut alur distribusi sayur dari lereng Merapi yang menjadi sumber kebutuhan masyarakat. Diharapkan akses jalan distribusi tersebut juga mempertimbangkan keberadaan jalur truk pengangkut material pasir dari lereng Merapi.

“Setiap hari ada 2.000 truk pasir yang beroperasi di Klaten. Bagaimana nanti pembangunan tol itu tidak mengganggu jalur angkutan pasir. Belum lagi dampak pengurangan lahan pertanian. Tentunya hal ini akan berpengaruh langsung terhadap petani seperti jatah bantuan pupuk akan berkurang. Belum lagi petani yang terpaksa kehilangan mata pencaharian. Hal ini sangat penting untuk menjadi masukan,” jelas Jaka Sawaldi.

Tugiran (58) warga Duwet, Kebonarum, Klaten menyampaikan, di desanya ada sumber air yang bakal terkena lintas jalan tol. Sedangkan sumber air itu, meskipun tidak besar namun sangat membantu pasokan air bagi petani saat musim kemarau

“Di desa kami itu ada sumber mata air yang sangat dibutuhkan petani. Hampir 35% petani sangat tergantung pada mata air ini, dan dampaknya akan terasa,” ungkapnya.

Menurut Tugiran, selain sumber mata air, masyarakat juga memikirkan nasib lahan pemakaman warga.

“(Lahan) pemakaman ini bagi warga adalah terkait dengan nasib leluhurnya. Belum lagi jika pembangunan tol nanti harus membelah dua dukuh. Harapannya (dengan) adanya jalan penghubung, akan membantu warga dalam berinteraksi,” ujarnya.

Penulis: Joko Priyono Dinas Kominfo Klaten
Editor : WH/Diskominfo Jtg

Berita Terkait