Dugderan Digelar Sederhana dengan Pembatasan

  • 12 Apr
  • yandip prov jateng
  • No Comments

SEMARANG – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memutuskan tradisi Dugderan tetap berlangsung walaupun masih di tengah pandemi. Namun, pelaksanaannya tetap menyesuaikan dengan kondisi pandemi.

Salah satunya, arak – arakan Warak Ngendog, yang digelar dengan tidak mengundang kerumunan seperti biasanya. Dan prosesi Dugderan tahun ini pun dijalankan secara sederhana dari Balaikota Semarang menuju Masjid Agung Kauman Semarang, Minggu (11/4/2021).

Disampaikan, sejak 1881, tibanya bulan Ramadan di Kota Semarang selalu dimeriahkan dengan tradisi Dugderan. Tradisi tersebut bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan RI. Untuk itu, mengingat Dugderan telah menjadi bagian dari sejarah panjang masyarakat di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, tradisi itu pun tetap dilaksanakan.

“Sama seperti tahun lalu, kita belajar tetap menjalankan tradisi ini untuk menjaga budaya asli Kota Semarang di tengah Pandemi Covid-19. Tahun ini juga dikemas oleh sedulur-sedulur Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan protokol kesehatan, sehingga meski tidak semeriah sebelum-sebelumnya, tetap bisa dikerjakan,” terang Hendi, sapaan akrabnya.

Bersama dengan jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kota Semarang, Hendi menjalankan prosesi Dugderan dari halaman Balaikota Semarang menuju ke Masjid Agung Kauman Semarang, yang digelar sederhana dengan pembatasan. Hendi kemudian membacakan Suhuf Halaqof, dan dilanjutkan dengan menabuh bedug sebagai tanda akan tibanya bulan Ramadan.

“Mudah-mudahan selama Ramadan, masyarakat bisa menjalankan ibadah dengan baik,” pesan Hendi.

Penulis: Kontributor Kota Semarang
Editor: Di, Diskominfo Jateng

Berita Terkait