PELAYANAN TAK MAKSIMAL DI HARI PERTAMA, WALIKOTA HENDI KECEWA

  • 04 Jul
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

SEMARANG-Hari pertama usai cuti bersama Idul Fitri diisi jajaran Pemerintah Kota Semarang dengan berhalal bihalal. Senin(3/7) bertempat di Halaman Balaikota, diadakan apel pagi terpusat yang mengawali kegiatan halal bihalal. Walikota, Hendrar Prihadi memimpin secara langsung apel ini diikuti ribuan PNS Pemkot Semarang yang memadati halaman Balaikota.

Turut hadir dalam kesempatan ini adalah Ketua TP PKK Kota Semarang, Tia Hendrar Prihadi, Wakil Walikota Semarang, Sekda Kota Semarang, DPRD Kota Semarang, jajaran kepala perangkat daerah, Camat, Lurah dan jajaran ASN Pemkot Semarang.

Walikota dalam kesempatan tersebut menyampaikan kepada jajarannya ada beberapa hal yang harus dievaluasi di dalam jajarannya karena menurutnya masih banyak dikeluhkan masyarakat. Ketiga hal tersebut yaitu pengawasan, pengorganisasian, dan pengkomunikasian dalam internal Pemerintah Kota Semarang. “ketiga hal tersebut harus diperbaiki terutama pada saat kita menyambut Ramadhan dan Lebaran pada tahun yang akan datang” harap Walikota.

Contoh kecil yang bisa diamati menurut Walikota parkir di Jalan Pandanaran, dimana selama libur lebaran ini Pemerintah Kota Semarang membuat kebijakan membolehkan parkir disana. Maka dari itu harus terkomunikasi dengan baik sampai di masyarakat. Bila tidak terkomunikasi dengan baik dipastikan ada teguran dari masyarakat, urai lebih dalam Walikota Hendrar Prihadi.

Usai berhalal bihalal, Walikota melakukan sidak ke beberapa tempat pelayanan. Adapun yang dipilih adalah kantor Kecamatan Gajahmungkur. Tampak sejumlah pegawai di kantor Kecamatan Gajahmungkur terlihat gugup dan salah tingkah, pasalnya Walikota Semarang, Hendrar Prihadi menemukan pelayanan tak di Kantor Kecamatan tersebut tidak berjalan maksimal.

Sekitar pukul 09.00 Walikota yang akrab disapa Hendi sudah tiba di kantor kecamatan tersebut. Awalnya, Walikota Hendi mendatangi kantor Kecamatan Gajahmungkur hanya untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan dengan seluruh pegawai yang bertugas disana.

Namun situasi seketika berubah ketika Walikota yang dinobatkan oleh Kemenpan RB sebagai Walikota terbaik 2017 dalam kategori pelayanan publik tersebut hendak meninggalkan kantor tersebut. Dirinya mendapati sebuah mesin antrian otomatis tidak difungsikan dan justru disembunyikan dibalik sebuah x-banner.

“Ini kenapa ? Kok tidak menyala ?”, tanya Walikota Hendi sambil menyingkap X-Banner yang menutupi mesin antrian tersebut. “Sudah 1 bulan mati pak”, jawab salah seorang pegawai laki-laki. “Kalau mati kenapa tidak dilaporkan ?”, tanya Hendi kembali.

Tak berselang lama keluar seseorang yang merupakan sekretaris kecamatan Gajahmungkur. “Ini kenapa mati tidak dilaporkan pak sek ?”, tanya Hendi. “Baru mati sekitar 1 minggu pak”, jawabnya. “Lo..tadi katanya 1 bulan, sekarang bilang 1 minggu, yang mana yang benar ?”, tutur Hendi dengan nada yang sedikit meninggi.

Hendi lantas mengutak atik sendiri mesin tersebut untuk mengecek kondisi mesin antrian otomatis tersebut. Dan hasilnya mesin tersebut berfungsi dengan baik, hanya tintanya saja yang habis. “Ini bisa kok ternyata, jangan begitu to”, tuturnya kecewa.

Sekda Kota Semarang, Adi Tri Hananto yang ikut dalam rombongan Walikota Hendi pun tak luput jadi sasaran kekecewaannya. “Bagaimana pak Sek ?”, tanyanya kepada Adi. Sekda Kota Semarang itu pun langsung sibuk dengan telponnya berkoordinasi.

Sebagai salah satu kota yang menjadi percontohan Smart City di Indonesia, Hendi mengungkapkan persoalan nomor antrian otomatis yang tidak difungsikan ini menjadi temuan buruk. “Alat-alat seperti itu dibeli untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk mempermudah masyarakat”, tutur Walikota Hendi. “Jangan sampai di hari pertama ini yang dibahas hanya masuk semua atau tidak, tapi pelayanannya tidak optimal”, tambahnya.

Hari pertama usai cuti bersama Idul Fitri diisi jajaran Pemerintah Kota Semarang dengan berhalal bihalal. Senin(3/7) bertempat di Halaman Balaikota, diadakan apel pagi terpusat yang mengawali kegiatan halal bihalal. Walikota, Hendrar Prihadi memimpin secara langsung apel ini diikuti ribuan PNS Pemkot Semarang yang memadati halaman Balaikota.

Turut hadir dalam kesempatan ini adalah Ketua TP PKK Kota Semarang, Tia Hendrar Prihadi, Wakil Walikota Semarang, Sekda Kota Semarang, DPRD Kota Semarang, jajaran kepala perangkat daerah, Camat, Lurah dan jajaran ASN Pemkot Semarang.

Walikota dalam kesempatan tersebut menyampaikan kepada jajarannya ada beberapa hal yang harus dievaluasi di dalam jajarannya karena menurutnya masih banyak dikeluhkan masyarakat. Ketiga hal tersebut yaitu pengawasan, pengorganisasian, dan pengkomunikasian dalam internal Pemerintah Kota Semarang. “ketiga hal tersebut harus diperbaiki terutama pada saat kita menyambut Ramadhan dan Lebaran pada tahun yang akan datang” harap Walikota.

Contoh kecil yang bisa diamati menurut Walikota parkir di Jalan Pandanaran, dimana selama libur lebaran ini Pemerintah Kota Semarang membuat kebijakan membolehkan parkir disana. Maka dari itu harus terkomunikasi dengan baik sampai di masyarakat. Bila tidak terkomunikasi dengan baik dipastikan ada teguran dari masyarakat, urai lebih dalam Walikota Hendrar Prihadi.

Usai berhalal bihalal, Walikota melakukan sidak ke beberapa tempat pelayanan. Adapun yang dipilih adalah kantor Kecamatan Gajahmungkur. Tampak sejumlah pegawai di kantor Kecamatan Gajahmungkur terlihat gugup dan salah tingkah, pasalnya Walikota Semarang, Hendrar Prihadi menemukan pelayanan tak di Kantor Kecamatan tersebut tidak berjalan maksimal.

Sekitar pukul 09.00 Walikota yang akrab disapa Hendi sudah tiba di kantor kecamatan tersebut. Awalnya, Walikota Hendi mendatangi kantor Kecamatan Gajahmungkur hanya untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan dengan seluruh pegawai yang bertugas disana.

Namun situasi seketika berubah ketika Walikota yang dinobatkan oleh Kemenpan RB sebagai Walikota terbaik 2017 dalam kategori pelayanan publik tersebut hendak meninggalkan kantor tersebut. Dirinya mendapati sebuah mesin antrian otomatis tidak difungsikan dan justru disembunyikan dibalik sebuah x-banner.

“Ini kenapa ? Kok tidak menyala ?”, tanya Walikota Hendi sambil menyingkap X-Banner yang menutupi mesin antrian tersebut. “Sudah 1 bulan mati pak”, jawab salah seorang pegawai laki-laki. “Kalau mati kenapa tidak dilaporkan ?”, tanya Hendi kembali.

Tak berselang lama keluar seseorang yang merupakan sekretaris kecamatan Gajahmungkur. “Ini kenapa mati tidak dilaporkan pak sek ?”, tanya Hendi. “Baru mati sekitar 1 minggu pak”, jawabnya. “Lo..tadi katanya 1 bulan, sekarang bilang 1 minggu, yang mana yang benar ?”, tutur Hendi dengan nada yang sedikit meninggi.

Hendi lantas mengutak atik sendiri mesin tersebut untuk mengecek kondisi mesin antrian otomatis tersebut. Dan hasilnya mesin tersebut berfungsi dengan baik, hanya tintanya saja yang habis. “Ini bisa kok ternyata, jangan begitu to”, tuturnya kecewa.

Sekda Kota Semarang, Adi Tri Hananto yang ikut dalam rombongan Walikota Hendi pun tak luput jadi sasaran kekecewaannya. “Bagaimana pak Sek ?”, tanyanya kepada Adi. Sekda Kota Semarang itu pun langsung sibuk dengan telponnya berkoordinasi.

Sebagai salah satu kota yang menjadi percontohan Smart City di Indonesia, Hendi mengungkapkan persoalan nomor antrian otomatis yang tidak difungsikan ini menjadi temuan buruk. “Alat-alat seperti itu dibeli untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk mempermudah masyarakat”, tutur Walikota Hendi. “Jangan sampai di hari pertama ini yang dibahas hanya masuk semua atau tidak, tapi pelayanannya tidak optimal”, tambahnya.

Berita Terkait