Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Kemeriahan TP PKK se-Jateng, Ikuti Permainan Interaktif Sekaligus Belajar “Public Speaking”
- 21 May
- ikp
- No Comments

SEMARANG – Suasana ceria memenuhi Balairung Ramayana Hotel Griya Persada, Bandungan, saat 175 orang TP PKK dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah, larut dalam permainan interaktif bertajuk “Main Suku-sukuan”.
Kegiatan pada Selasa (20/5/2025) malam itu bukan sekadar hiburan. Di balik tawa dan antusiasme para peserta, tersimpan pesan mendalam tentang pentingnya keterampilan mendengarkan dalam public speaking.
Dipandu langsung oleh praktisi public speaking, Indra Kertati, para peserta yang dibagi ke dalam tujuh kelompok, belajar tentang seni berbicara di depan publik secara menyenangkan dan membumi.
“Mendengarkan itu bagian dari public speaking. Tidak melulu soal bicara,” ujar Indra.
Permainan yang dirancang Indra, untuk melatih para kader agar tidak hanya memahami instruksi, tetapi juga mengasah kepekaan dalam merespons pesan secara aktif. Hal itu sejalan dengan pemikiran Thomas D. Zweifel dalam bukunya Communicate or Die, yang menyatakan, komunikasi bukan hanya alat menyampaikan keinginan, tetapi juga jembatan menyelesaikan masalah, meski kadang bisa menjadi sumber masalah itu sendiri.
Dalam sesi yang berlangsung interaktif itu, Indra juga mengupas hakikat public speaking sebagai seni menyampaikan ide, pesan, dan gagasan secara lisan di hadapan banyak orang.
“Tujuan public speaking bukan hanya menyampaikan informasi, tapi juga menghibur, bahkan memengaruhi audiens,” jelasnya.
Lebih jauh, ia mematahkan anggapan bahwa kemampuan berbicara adalah murni bakat.
“Public speaking bisa dilatih. Faktor lingkungan, pengalaman, dan latihan turut membentuk kemampuan seseorang,” tambah Indra.
Sementara itu, Sekretaris TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Ema Rahmawati, menyampaikan pentingnya pelatihan kali itu, sebagai bagian dari orientasi untuk para kader baru.
“Banyak kader baru yang belum terbiasa bicara di depan publik. Padahal, di lapangan mereka akan sering menjadi narasumber, berbicara kepada masyarakat,” ungkap Ema.
Menurutnya, kemampuan berbicara menjadi krusial mengingat banyaknya program inovatif yang akan diluncurkan, di antaranya “Kecamatan Berdaya” di mana PKK ikut terlibat, “Rabu Pon” atau Gerakan Ibu Menanam Pohon dan “Kikis” (Keluarga Indonesia Bebas Kemiskinan Ekstrem), Kemudian ada program Jam Intan (Jam Interaksi positif Orang tua dengan anak) dan PKK Sigab (PKK Siaga dan Tanggap Bencana). Adapula Pandu Cinta (Pelayanan terpadu pencegahan dan Penanganan perkawinah anak).
“Untuk itu, kader harus bisa menjadi motivator, advokator, sekaligus fasilitator. Dan itu semua dimulai dari kemampuan komunikasi yang baik, mendengar dan berbicara,” tegasnya.
Lebih dari sekadar pelatihan, kegiatan itu menjadi wadah membangun jejaring antarkader lintas daerah.
“PKK itu tidak bekerja sendiri. Perlu melibatkan banyak orang. Di sinilah pentingnya membangun pertemanan dan kolaborasi,” tutup Ema.
Dengan pendekatan yang kreatif dan suasana yang hangat, pelatihan itu bukan hanya menambah ilmu, tapi juga mempererat solidaritas antarpejuang pemberdayaan masyarakat di lini terdepan. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)










