Hati-hati, Parenting yang Salah Dapat Akibatkan Stunting

  • 24 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Kasus stunting (anak pendek) tidak melulu soal defisit pemberian gizi. Pola asuh orang tua juga berpengaruh. Bahkan ada kasus stunting dari kalangan berpenghasilan mampu.

Hal itu diungkapkan Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Jateng Yuni Rahayuningtyas, saat Diskusi terkait peluncuran Buku Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dan Sosial untuk Pencegahan Stunting di Jateng, baru-baru ini. Hadir dalam diskusi yang digelar di Hotel Aston Semarang, Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Eka Sulistya, Ketua Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) Anung Sugihantono, Kabid Kesehatan Masyarakat Yuni Rahayuningtyas, dan perwakilan Tanoto Foundation Eddy Henry.

Menurut Yuni, kasus stunting di Jawa Tengah tak hanya didominasi oleh keluarga miskin. Mereka yang tergolong mampu pun mengalami. Penyebabnya, faktor edukasi yang kurang.

“Tak hanya masalah kemiskinan, setelah disisir kepala keluarga yang terkait kemiskinan esktrem hanya 10-15 persen. Tapi status gizi sisakan 20,8 persen bukan hanya miskin, tapi keluarga menengah ekonomi bagus, ada masalah seperti itu edukasi penting,” paparnya.

Dikatakan, dari 35 kabupaten/ kota di Jateng, sebanyak 24 kabupaten/ kota di antaranya telah memiliki strategi komunikasi pencegahan stunting. Ia berharap, agar strategi tersebut tepat menjangkau sasaran.

“Hal yang telah dilakukan di antaranya, membuat berbagai media sebagai bentuk komunikasi. Pelatihan, workshop juga mendampingi kabupaten/ kota dalam pengembangan stratkom. Adapula memaksimalkan fungsi Balkesmas,” urainya.

Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Eka Sulistya mengatakan, selain berkampanye melalui media sosial, pihaknya juga menyebar 28.658 tim pendamping keluarga. Mereka mendampingi tidak hanya anak yang telah lahir, bahkan mulai calon pengantin agar mempersiapkan keturunan dengan baik.

Sementara itu, Ketua PPPKMI Anung Sugihantono mengatakan, buku strakom tersebut diharap tidak hanya pemanis. Ia berharap esensi dari buku sampai tepat sasaran.

“Kata kuncinya delivered bukan hanya sent. Artinya sampai pada tataran praktis, bukan hanya sekadar pesan,” urainya.

Anung menyatakan, di Jateng ada sekitar 2.000 orang PPPKMI yang siap memberikan edukasi terkait pencegahan stunting.

“Tantangannya adalah parenting (pola asuh) tidak hanya yang dilakukan oleh ibu (tapi oleh ayah dan lingkungan),” imbuhnya..

Perwakilan Tanoto Foundation Eddy Henry menyebut, pihaknya terus mengajak pengusaha dan filantropi bekerja sama dalam pengentasan stunting. Menurutnya, stunting juga memengaruhi kualitas SDM. Selain itu, pihaknya juga mengajak serta UNICEF dan Bank Dunia. Harapannya, praktik baik yang telah dilakukan dapat diadopsi di tempat lain.

“Poinnya bisa membantu kabupaten dan kota di Jateng, bisa berkualitas dan impletable. Peran UNICEF Indonesia membantu implementasinya,” pungkasnya. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

 

 

 

Berita Terkait