Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Yuk Efektifkan Jumantik dan Ternak Jentik untuk Cegah DBD
- 21 Jan
- ikp
- No Comments

Semarang – Trend kasus DBD di Jawa Tengah yang menunjukkan peningkatan, membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak bupati/ wali kota serta seluruh masyarakat untuk memutus rantai penularannya. Salah satu upaya, dengan menggalakkan program satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr Yulianto Prabowo MKes, mengungkapkan, saat ini tercatat 411 kasus DBD di Jateng. Kasus terbanyak di Kabupaten Sragen sebanyak 236 kasus. Disusul Blora 75 kasus, Kota Semarang 33 kasus, Karanganyar 20 kasus dan Tegal 11 kasus.
“Kota dan kabupaten lain, angkanya dibawah 10. Sragen sendiri belum menetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) melalui surat keputusan bupati, meskipun penanganan kita menggunakan metode KLB. Kalau sudah dinyatakan KLB, segala biaya tidak ditanggung BPJS, tetapi pemerintah,” paparnya kepada Gubernur Ganjar Pranowo, saat Rapat Koordinasi Pelaksanaan APBD 2018 dan Persiapan Pelaksanaan APBD 2019 di Gedung B lantai 5 Setda Jateng, Senin (21/1/2019).
Ditambahkan, terhadap kondisi tersebut, pemerintah sudah melakukan penanganan, di antaranya mendirikan posko di seluruh desa untuk pelayanan dan tindakan selama 24 jam dan tidak pernah libur. Fogging pun masih tetap dilakukan karena masih efektif. Apalagi ada tiga korban DBD yang meninggal dunia.
Pengobatan untuk penderita DBD, kata dokter Yuli, terus dioptimalkan. Namun, perlu upaya dari masyarakat untuk mencegah penularan DBD. Seperti, menunjuk satu rumah dan satu kantor ada Jumantik, serta pemberantasan sarang nyamuk dengan penggunaan teknologi tepat guna melalui beternak jentik.
Bagaimana cara beternak jentik, dan apakah cara itu efektif untuk menekan kasus DBD? Kadinkes menjelaskan, beternak jentik efektif untuk mengurangi populasi nyamuk, termasuk nyamuk Aedes aegypti pembawa virus penyebab penyakit DBD. Caranya, siapkan empat ember yang diisi air, dan tempatkan di sudut rumah, terutama yang gelap. Ember itu berfungsi sebagai tempat kembang biak nyamuk. Pada hari keenam, yang diperkirakan sudah ada nyamuk yang bertelur, jentik dipanen kemudian dimusnahkan.
Diterangkan, air dalam ember itu jangan dibuang, karena nyamuk suka dengan air yang sama. Setelah enam hari, jentik nyamuk dipanen lagi, begitu seterusnya. Pada minggu keempat, jentik yang dipanen akan lebih banyak lagi. Tetapi, pada minggu kelima dan enam, nyamuk akan semakin berkurang.
“Kalau semua rumah melakukan itu, seluruh kampung tidak ada nyamuk,” tandasnya.
Ganjar pun meminta kepada dokter Yuli, agar membuat sosialisasi melalui media sosial, mengenai cara pencegahan DBD, termasuk membuat video cara beternak jentik seperti yang disampaikan tersebut. Dengan begitu masyarakat lebih mengerti dan tergerak untuk bersama-sama mencegah DBD.
“Nek lali manen jentik, ditinggal lunga, rak nyokot dhewe. Saya akan membuat surat edaran ke bupati dan wali kota untuk satu rumah satu jumantik, beternak jentik yang intinya gerakan membasmi nyamuk. Kita sebar hari ini,” kata Ganjar.
Penulis : Sy, Humas Jateng
Editor : Ul, Diskominfo Jateng
Foto : Humas Jateng