Turunkan Harga untuk Gaet Tamu

  • 09 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

Mungkid – Langit senja Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur yang menawan menyambut kehadiran Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP di Balkondes Candirejo, Jumat (9/2). Gazebo-gazebo dengan arsitektur khas Jawa yang dikelilingi hamparan kebun singkong dan pepaya, diiringi alunan gamelan dan tarian tradisional makin memperkental panorama pedesaan yang ada di sana.

Tak sekedar singgah di desa wisata itu, Gubernur Ganjar Pranowo juga berdialog dengan pegiat pariwisata setempat. Salah satunya, Sri Irni Yati. Perempuan berhijab itu bercerita jika dia tengah menekuni usaha home stay “Jogan Gumelar” selama tujuh tahun terakhir.

Semula, perempuan yang akrab disapa Neni itu mengaku tidak pernah terbersit pikiran untuk merintis usaha tersebut. Di rumahnya yang cukup luas dengan delapan kamar, dia beberapa kali menampung turis yang tersesat saat berwisata di kawasan Borobudur. Sejumlah turis mengatakan, rumah Neni cukup nyaman untuk ditinggali. Pengalaman unik itu pun menggelitik Neni untuk merintis usaha home stay. Lima dari delapan kamar yang ada di rumahnya kini disewakan untuk para wisatawan.

“Kami dibantu oleh Kemenpar untuk di-online-kan lewat traveloka dan booking.com,” terang Neni kepada gubernur.

“Di-online-kan? Ngeri. Kalau menginap satu malam berapa?” sambung Ganjar.

“Kalau premium room yang lengkap (fasilitasnya) itu Rp 350 ribu. Sedangkan kalau base camp room itu untuk kalangan mahasiswa harganya lebih murah. Hanya Rp 25 ribu per orang sudah dapat makan kuliner khas Candirejo. Biasanya mereka sewa untuk tidur sebentar sebelum tracking ke Puthuk Setumbu,” jelasnya.

“Menunya tetap atau ganti-ganti?” tanya Ganjar lagi.

“Menunya ganti-ganti. Kadang bunthil, rica-rica bebek atau makanan khas Candirejo lainnya. Ada simbah yang pinter masak pakai anglo,” papar Neni.

Dia berharap, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dapat lebih banyak menggelar agenda pariwisata yang bisa menstimulasi usaha sejenis di bidang tersebut untuk makin bergeliat. Seperti usaha penginapan, kerajinan tangan, hingga kuliner khas.

Neni menuturkan, agenda pariwisata internasional seperti Borobudur Marathon beberapa waktu lalu, meningkatkan okupansi di home stay miliknya dan home stay lain di sekitar.

“Kalau pas ramai, seperti tanggal 25 Desember 2017 – 2 Januari 2018, karena ada event di balkondes, kami selalu penuh. Bisa sampai Rp 4,8 juta untuk sepuluh hari. Tapi kalau sepi seperti ini, kami seminggu terisi dua hingga tiga kali atau sekitar Rp 1 juta – Rp 1,2 juta per minggu. Besok ada lagi ya Pak, Borobudur Marathonnya,” ujar Neni.

Gubernur Ganjar Pranowo menjelaskan, program Jateng WOW baru saja diluncurkan untuk mendongkrak pariwisata.

“Saran saya, panjenengan menghubungi Dinporapar Jateng kemudian ikut daftar saja. Syaratnya ada diskon. Sampai dengan Maret kan low season, jarang ada orang piknik. Maka Jateng WOW itu hotel didiskon, transportasi didiskon, kuliner didiskon. Kita perlu turunkan harga agar saat sepi seperti ini tetap ada tamu. Jadi meng-create event dan tawarkan,” pungkasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait