Tidak Waktunya Lagi Ribut

  • 18 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Setuju tidak bahwa pembicaraan konsensus dasar bernegara di kalangan generasi muda saat ini meredup?

Pertanyaan itu mengemuka dalam Talkshow Wawasan Kebangsaan yang diselenggarakan Lemhannas, di Hotel Patrajasa, Senin (16/4) malam. Menanggapi pertanyaan yang disampaikan, Gubernur Lemhannas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyampaikan tidak bisa dijawab secara lugas. Sebab, dia khawatir, jawaban lugas bisa membawa pada pernyataan menuduh generasi muda.

“Sebaiknya kita tidak menjawab dengan ya atau tidak. Karena nanti ada kecenderungan kebablasan bahwa kita menuduh, misalnya generasi muda sekarang sudah merosot. Padahal, mungkin bukan menghilang atau merosot, tapi berubah bentuk. Bertransformasi karena tantangan yang dihadapi generasi muda sekarang beda dengan yang dulu,” jelas Agus.

Dia melanjutkan, tantangan generasi muda sekarang sekarang lebih besar, dengan pilihan-pilihan yang begitu kompleks. Agus berpandangan, untuk memberikan statement merosot, tetap atau menurun, perlu diukur dengan perbandingan antara kesiapan masyarakat dengan intensitas tantangan yang dihadapi.

“Kalau kesenjangan yang ada semakin besar, kita bisa mengatakan, o ya mungkin kadar konsensus dasar kebangsaan mengalami kemerosotan, setelah kita lihat bahwa tantangan itu berubah. Mungkin kita tidak siap mengalami perubahan. Tapi belum tentu generasi muda sekarang kadar konsensusnya menurun. Mungkin cuma bertransformasi, mengambil bentuk yang berbeda,” urainya

Agus yakin, generasi muda Indonesia sudah menyiapkan diri dengan perkembangan lingkungan yang lebih canggih, ketimbang pada masa dia. Mereka siap menghadapi tantangan yang berubah di mada depan.

Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmo MSi sependapat dengan Gubernur Lemhannas. Dia lalu menceritakan, belum lama ini menerima tamu seorang anak muda Indonesia berumur 30 tahun, bertitel Phd yang baru lulus dari sebuah universitas di Jerman. Dalam pertemuan itu, sang tamu menyampaikan keprihatinannya atas beberapa persoalan terkait persatuan dan kesatuan bangsa.

“Dia baru mengunjungi Cina dan menggambarkan kemajuan negara Cina. Kemudian dia menyampaikan, kenapa kita sering ribut. Saya kira sudah tidak waktunya. Yang paling penting adalah bagaimana kita mengejar ketertinggalan kita,” ungkap mantan Bupati Purbalingga itu.

Heru menilai, anak muda yang bisa bicara seperti itu adalah anak muda yang peduli pada bangsa. Dia yakin, anak tersebut sudah mendapat pendidikan yang baik, dari sisi ilmu pengetahuan, pendidikan karakter maupun nilai-nilai kebangsaan.

“Sepantasnya kita bersyukur memiliki anak muda yang seperti itu. Mudah-mudahan ke depan akan lebih banyak,” harapnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto  : Humas Jateng

Berita Terkait