Terbukti Laku, Permintaan Endorse Perajin UMKM ke Atikoh Bertambah

  • 31 May
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Permintaan endorse dari perajin UMKM kepada Ketua Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, terus bertambah. Pasalnya, berkat Atikoh, permintaan produk para perajin meningkat.

Hal itu disampaikan Ketua Dekranasda Kabupaten Banyumas Erna Sulistyawati Achmad Husein, saat menemui Atikoh, di Rumah Dinas Gubernur (Puri Gedeh), Selasa (31/5/2022). Menurutnya, endorse yang dilakukan Atikoh, dengan mengenakan produk dan mengunggah di media sosialnya, mampu meningkatkan permintaan produk perajin. Apalagi, Atikoh juga menyertakan media sosial perajin, yang membuat pembelinya mudah untuk memesan langsung.

“Para perajin Banyumas pada kepengin di-endorse ibu. Soalnya, yang kemarin habis dipake ibu itu terus jadi banyak pesanan,” ungkap Erna.

Dia menunjuk contoh, produk ecoprint yang langsung mendapat pesanan hingga 300 lembar. Pembeli dari Jakarta juga ada. Bahkan sepatu yang dikenakan Atikoh saat itu, banyak yang memesannya.

Erna menyampaikan, batik berbahan kokon atau benang dari ulat sutera yang hidup di pohon Mahoni, memiliki peminat yang banyak, karena bahannya terhitung unik dan apik. Kendati begitu, untuk produk berbahan kokon produksinya masih terbatas, mengingat tidak banyak pohon Mahoni yang digunakan untuk budidaya kokon.

Ketua Dekranasda Jateng Atikoh Ganjar Pranowo merasa senang, promosi yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi para perajin. Dia pun membuka peluang endorse bagi produk lokal lain, khususnya dari Jateng.

Diakui, produk craft tak lepas dari selera masyarakat. Namun, dia melihat, kebanyakan masyarakat saat ini cenderung menyukai produk yang simpel, tidak terlalu banyak detail dan aplikasi, namun terkesan anggun.

“Desain perajin sekarang ini sudah variatif, dari yang resmi, casual, hingga yang gaya. Semua tergantung selera, tapi saya lebih suka yang simpel tapi anggun. Karena kalau terlalu banyak detail variasi, malah batiknya jadi hilang, tertutup,” ujarnya.

Mengenai keterbatasan produk batik kokon, menurut Atikoh tidak menjadi kendala besar. Buat produk itu menjadi edisi terbatas, sehingga pembeli akan berusaha untuk mendapatkannya meski harganya lebih mahal.

“Seperti produk yang dijual limited edition, harganya biasanya mahal. Jadi, tinggal marketing-nya menyampaikan kalau produk itu limited edition. Misalnya, hanya ada 10 lembar. Pasti banyak yang mencari,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

 

 

Berita Terkait