Terbelalak Saksikan Situasi Pantura

  • 22 Oct
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mendorong berbagai kegiatan digelar di kawasan Kota Lama Semarang, baik pameran foto, pagelaran musik, maupun seni budaya lainnya. Sehingga Kota Lama semakin menggeliat dan menarik wisatawan berkunjung ke Little Netherland tersebut

“Pameran ini menarik karena menampilkan situasi yang sangat sosial juga tentang budaya. Sehingga orang terbelalak matanya, hatinya terganggu atau tergoda ketika melihat foto-foto ini,” ujar gubernur di sela kunjungan pameran foto Pantura di Galeri Monod Diephuis, Jalan Kepodang, Kota Lama, Semarang, Sabtu (21/10) malam.

Ganjar menilai, sebanyak 55 foto karya Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang yang terpajang semuanya menarik, karena menampilkan situasi yang sangat sosial dan khas Pantura. Puluhan foto yang dipamerkan di ruang tengah lantai dua gedung, antara lain bercerita tentang karakteristik dan aktivitas nelayan pantai utara, situasi arus mudik, macet parah di jalur pantura, serta kondisi pasar dan Terminal Terboyo yang lumpuh akibat terjangan air laut pasang atau rob.

Selain gambar yang mengabadikan kondisi sosial dan lingkungan, pameran foto jurnalistik bertajuk “Pantura” itu juga menyuguhkan beragam budaya lokal di wilayah Pantura. Seperti tradisi nyadran atau sedekah laut, pawai obor dalam rangka perayaan Tahun Baru Islam di Pakumbulan, Kabupaten Pekalongan, pagelaran musik dangdut

Tidak ketinggalan pula karya fotografer yang membidik Polresta Tegal melakukan pembinaan terhadap puluhan anak punk dengan badan dipenuhi tato yang kerap keluyuran di jalan raya dan dianggap meresahkan masyarakat. Ada pula potret tampilan sejumlah penari tradisional yang seolah tanpa lelah menghibur para pengemudi dan penumpang kendaraan di perempatan jalan.

“Karya-karya foto ini menarik, isunya tentang Pantura dan mungkin ini yang paling menarik dan khas Pantura banget, kalau saya tebak ini lagunya ‘Bojo Galak’,” ujar gubernur sambil terbahak saat menunjuk foto seorang biduan tengah asyik menghibur warga dengan bernyanyi dan berjoget dangdut di atas panggung.

Mantan anggota DPR RI itu, mengaku senang setiap hari dan saat liburan banyak orang nongkrong di kawasan Kota Lama. Baik sekadar foto-foto, melihat pameran foto, berbelanja barang antik, berwisata kuliner, maupun jalan-jalan berkeliling kawasan yang merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda dengan puluhan bangunan kuno berusia ratusan tahun tapi masih berdiri kokoh.

Selain itu, ia juga senang jika orang-orang ‘ngrasani’ atau membahas berbagai hal tentang tentang Kota Lama Semarang. Kritikan, cacian, makian, maupun sanjungan tentang kawasan bersejarah tersebut, akan menjadikan Kota Lama semakin baik dan menarik.

“Saya membayangkan mungkin tidak, sekian kali pameran yang ada di sini selalu ada album yang menjadi semacam buku atau  katalog. Atau barangkali kartu pos yang khas dan dicetak terbatas kemudian menjadi suvenir bagi orang yang ke sini,” harap Ganjar.

Suvenir khas tersebut, lanjut dia, selain sebagai sesuatu yang khas dari Kota Lama sekaligus mengabadikan suatu karya yang punya nilai seni dan arsitek sangat tinggi kemudian dikoleksi oleh seseorang.

Gubernur berharap tidak hanya pameran foto yang mejeng di Kota Lama, melainkan karya-karya seni lain juga tampil guna menarik wisatawan berkunjung ke kawasan kota tua seluas sekitar 31 hektare ini. Guna menggaet pengunjung, pagelaran musik, festival, maupun seni budaya lainnya bisa di hadirkan di kawasan bercorak Eropa tersebut.

“Dulu kita stimulus dengan panggung-panggung seni agar masyarakat tampil di tempat ini. Dan mudah-mudahan gedung-gedung kian cantik seperti ini, sehingga nanti orang kalau ke sini mendapatkan sesuatu yang menarik,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pameran Foto Pantura, Aditya Pradana Putra menjelaskan, sevanyak 55 karya yang ditampilkan merupakan hasil kurasi dari ratusan karya yang dikirim oleh para jurnalis foto anggota PFI Semarang. Kurasi sendiri dilakukan oleh dua jurnalis foto senior R Rekotomo dan Chandra Adi Nugraha.

“Tema Pantura dipilih tidak hanya menunjukkan visual mengenai karakteristik jalur yang memanjang dari ujung Kabupaten Brebes hingga ujung Kabupaten Rembang,” katanya.

Melalui pameran karya jurnalistik, tambah Aditya, sekaligus mengampanyekan kepada pemerintah maupun masyarakat untuk bersama-sama mengembalikan jalur Pantura yang mengalami kerusakan lingkungan semakin parah.

Selain pameran foto, PFI juga membuat sejumlah pelatihan fotografi dalam rangkaian acara tersebut. Pada hari kedua atau Minggu (22/10), diskusi Landscape Photography bersama komunitas Instanusantara Semarang menjadi pelatihan pertama dalam rangkaian Pameran Foto Pantura.

Selanjutnya, pada Sabtu (28/10) juga akan dilakukan pelatihan fotografi untuk siswa dan mahasiswa bersama Komunitas Fotografer Semarang (KFS). Pada hari terakhir atau Minggu (29/10) akan diadakan pelatihan foto jurnalistik bersama para jurnalis PFI Semarang dengan tema “Kiat Menjadi Citizen Photo Journalist di Tengah Kian Maraknya Isu Hoax“.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait