Teknologi Bak Pedang Panjang

  • 31 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Rembang – Teknologi ibarat sebilah pedang. Di satu sisi, teknologi akan optimal manfaatnya bila digunakan secara tepat. Di sisi lain, teknologi juga bisa menyerang balik seseorang bila digunakan secara tidak bijak. Seperti penggunaan media sosial untuk menyebarkan hoax atau ujaran kebencian.

“Menggunakan teknologi itu seperti membawa pedang yang sangat tajam. Kalau dipakai tidak dengan bertanggung jawab pasti akan membahayakan kita sendiri. Kita boleh pakai teknologi, boleh pakai medsos. Tapi kita tidak boleh terjerumus menggunakan medsos dengan salah,” ujar Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat menghadiri Pengajian Umum Memperingati Maulidurrosul Muhammad SAW dan Peresmian Masjid An-Nur Bersama KH Maimun dan KH Mustofa Bisri di Desa Kleboran, Kecamatan Kragan, Sabtu malam (30/12).

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menjelaskan, saat membuat akun media sosial, pihaknya siap menerima keluhan atau kritik yang disampaikan masyarakat. Keluhan atau kritik itu diterima dengan lapang dada. Meski setiap individu punya hak untuk berpendapat melalui media sosial, dia berharap keluhan atau kritik yang disampaikan tetap harus didasarkan pada etika.

Ganjar mencontohkan, pihaknya baru saja memperoleh kritik dari salah satu pengguna akun Twitter anonim. Bukan kritik yang membuat mantan anggota DPR RI itu terkejut. Namun, lini masa pengguna akun Twitter anonim itu yang membuat Ganjar prihatin karena berisi konten pornografi.

“Saya dimarahi orang itu biasa, saya terima dengan senang hati. Apalagi kalau protes mereka untuk perbaikan. Saya baru saja dikritik oleh salah seorang pengguna akun Twitter. Saya cek Twitter dia ada ayatnya. Ketika saya ikuti timelinenya, saya kaget ternyata bawahnya gambar porno semua,” bebernya.

Ganjar pun membuat polling di akun Twitternya untuk mengedukasi masyarakat tentang penggunaan media sosial secara bijak. Polling itu menanyakan apakah warga net setuju menggunakan akun media sosial dengan nama dan alamat yang jelas, nama terang namun alamatnya tidak jelas, ataukah akun media sosial anonim.

“Saya tuliskan (polling) itu, dikomentari ratusan orang. Sudah Pak Ganjar, nggak usah digagas, kata mereka (warga net). Bukan soal nggagasnya, tapi saya ingin meninggalkan jejak digital yang tidak bisa dihapus. Sehingga bisa mengedukasi publik. Kamu boleh ngomong, boleh mengritik. Tapi tolong tidak boleh menyebar kebencian, tidak boleh mengadu domba antaranak bangsa, apalagi menyebar isu hoax, dan jangan ada pornografi,” tegasnya.

Alumnus UGM itu juga berpesan kepada orang tua untuk mengawasi kebiasaan putera-puterinya dalam menggunakan media sosial. Apalagi hampir semua anak sudah mengenal HP.

“Saya tanya anak-anak muda, apa yang kamu buka ketika pegang HP. Mereka jawab, yang pertama dibuka adalah WA. Saya hanya mengingatkan, Bapak/Ibu mari sekali-kali kita cek apa yang dilihat (anak-anak) di sini (HP). Padahal kalau kita gunakan untuk mencari pengetahuan akan bagus. Baca koran bisa. Tapi hal-hal negatif juga bisa dilakukan melalui ini,” pesannya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait