Tekan Pernikahan Anak, TP PKK Jateng Dorong “Jo Kawin Bocah”

  • 03 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Tengah mendukung penuh program penekanan perkawinan anak usia dini ‘Jo Kawin Bocah’. Program itu digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mengurangi angka perkawinan anak.

 

Wakil Ketua I TP PKK Jateng Nawal Arafah Yasin, mengatakan, perkawinan anak memang perlu dicegah karena mengganggu kesehatan anak, baik secara fisik maupun psikis, mengganggu tumbuh kembang anak. Serta, jika terjadi kehamilan akan meningkatkan risiko, termasuk risiko bayi lahir berkondisi stunting.

 

“Hak anak untuk mendapatkan pendidikan juga terhambat,” kata Nawal, saat membuka Webinar “Peningkatan Imunitas Anak saat Pandemi Covid-19, Dorong Jo Kawin Bocah”, secara daring, dari Aula Kantor Dinas Kominfo Jateng, Kamis (3/6/2021).

 

Ditambahkan, dengan progam Jo Kawin Bocah, diharapkan anak bisa berkesempatan memperoleh pendidikan yang tinggi, memiliki kesempatan tumbuh kembang yang optimal, terjaga kesehatannya baik fisik maupun mental. Terpenting pula, anak bisa diajarkan untuk perencanaan keluarga.

 

Pihaknya berharap, melalui webinar ini, tim penggerak PKK baik provinsi, maupun kabupaten dan kota, bisa berperan aktif dalam mendorong perencanaan sehat pada anak. Baik di dalam keluarga maupun di masyarakat.

 

“Kami berharap kita semua lebih peduli dengan pencegahan pernikahan anak, agar anak-anak di Jawa Tengah menjadi lebih sehat dan lebih berkualitas,” imbuhnya.

 

Wakil Ketua IV TP PKK Provinsi Jateng Tjondro Rini menambahkan, program Jo Kawin Bocah yang dicanangkan di Jawa Tengah ini merupakan program luar biasa dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Terutama permasalahan perkawinan anak.

 

“Hal ini berkaitan dengan tugas yang dilakukan PKK Pokja IV yaitu perencanaan kesehatan. Program Jo Kawin ini dampaknya luar biasa kalau nanti bisa kita lakukan,” kata Rini, sapaannya, usai acara webinar Peningkatan Imunitas Anak saat Pandemi Covid-19 Dorong Jo Kawin Bocah, secara daring Dari aula Kantor Dinas Kominfo Jateng, Kamis (3/6/2021).

 

 

Ketidaksiapan Anak

 

Menurutnya, dukungan PKK terhadap program itu karena perkawinan anak usia dini memiliki risiko yang membahayakan bagi kesehatan. Selain itu, beberapa permasalahan yang akan timbul dari perkawinan usia dini, di antaranya kesehatan si ibu saat melahirkan nanti, dan itu bisa berujung pada kematian.

 

Rini juga menambahkan, perkawinan usia bocah juga berdampak pada hal lainnya, baik secara fisik, psikologis, mental, dan usia. Seluruhnya itu memperlihatkan ketidaksiapan anak dalam menjalani pernikahan.

 

Seperti pada perkembangan fisiknya, masih kata Rini, belum memperlihatkan ketidakoptimalan. Sehingga saat hamil, berpotensi dengan terjadinya risiko kematian ibu.

 

“Juga bisa terjadi kematian bayinya,” sambung Rini.

 

Dituturkannya, dengan kawin bocah ini berarti si anak belum dewasa. Padahal tumbuh kembang anak, terutama pada perempuan, itu baru optimal ketika menginjak usia 20 tahun. Dengan demikian, jika anak kawin sebelum usia dewasa, itu sama saja merampas hak anak untuk bisa tumbuh kembang secara optimal dan mencapai kualitas sumber daya manusia yang baik.

 

“Apalagi kita akan menuju Indonesia Emas pada 2045. Itu kan harus menyiapkan generasi yang berkualitas,” ungkap dia.

 

Kondisi tersebut menjadi perhatian PKK. Pihaknya mendukung dan siap mengampanyekan, menyosialisasikan sampai ke tingkat lini lapangan, atau tingkat keluarga. Sebab, hal itu tak lepas dari peran PKK yang memungkinkan bisa masuk ke rumah warga, melalui kader Dasa Wisma.

 

“Kader-kader ini bisa sosialisasikan program Jo Kawin Bocah,” pungkasnya.

 

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah Retno Sudewi, menyampaikan, saat ini program Jo Kawin Bocah memang terus digelorakan. Sebab, di berbagai media, utamanya di media sosial dan sinetron televisi banyak imbauan untuk menikah di usia anak.

 

“Maka, pencegahan kawin anak ini dilakukan secara pentahelix, meliputi pemerintah, akademisi, dunia usaha, media massa dan komunitas,”kata Retno.

 

Oleh karena itu, pihaknya berharap peran PKK bisa menyosialisasikan program Jo Kawin Bocah sampai pada tingkat bawah (grass root).

 

“Bisa sosialisasi sampai grass root. Tidak harus ada pertemuan,” harapnya. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait