Tanggul Mulyorejo, Uji Coba yang Berhasil

  • 01 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Pekalongan – Selama bertahun-tahun warga Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan hidup di tengah genangan air laut pasang (rob). Namun sejak dibanggun tanggul yang membentang sepanjang 495 meter, warga kini bisa hidup lebih nyaman karena daerah langganan rob itu kini telah kering. 

Pembanggunan tanggul setinggi enam meter yang dibiayai APBD Pemkab Pekalongan sebesar Rp 2,4 miliar itu melintasi tiga desa di Kecamatan Tirto, yakni Desa Tegaldowo, Mulyorejo, dan Karangjompo. Dengan dibanggunnya tanggul tersebut, air laut tidak lagi mengalir deras ke permukiman, sehingga sekarang warga bisa beraktivitas normal.

“Dengan gotong-royong melibatkan masyarakat, pemda, TNI, dan Polri semua ikut mengerjakan dengan teknologi yang sederhana. Masyarakat sudah tertawa bahagia. Luar biasa,” ujar Gubernur Jawa Tengah di sela-sela tinjauan tanggul rob di Desa Mulyorejo, Jumat (1/8).

Menurutnya, tanggul yang melintas di Mulyorejo akan berfungsi optimal jika sudah selesai dipadatkan, kemudian dilanjutkan sampai arah selatan. Selanjutnya sisi kanan dan kiri dipermanenkan, serta diaspal.

“Ini akan diintegrasikan dengan program PUPR. Meskipun ini pencegahan sementara atau uji coba, menurut saya uji coba ini berhasil,” terang gubernur.

Dengan adanya tanggul tersebut, lanjut dia, Pemkab Pekalongan sudah punya modal untuk bisa memancing merapikan kontruksi permanen sehingga semua bisa tertutup. Apalagi biaya pembuatan tanggul itu tidak terlalu mahal dengan teknologi sederhana.

Mantan anggota DPR RI ini menambahkan, inisiasi pembangunan tanggul penahan rob juga tepat diterapkan di daerah-daerah lain, khususnya kota/ kabupaten yang memiliki kawasan langganan rob. Hal penting yang dibutuhkan untuk menanggulanginya adalah kegotongroyongan, merencanakan bersama, serta harmonisasi dan sinkronisasi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota.

“Jadi air dan rob itu tidak pernah kulanuwun pada lurah dan bupati. Kalau mau lewat ya lewat, kalau mau banjir ya banjir, bahkan tanah ambles juga tidak pernah kulanuwun,” imbuh Ganjar.

Sementara itu, Kepala Desa Mulyorejo Mubarok mengatakan sebelum ditanggul, rob kerap menggenagi permukiman warga, sekolah, tempat ibadah, jalan, pemakaman umum, dan pasar. Air pasang yang mengalir ke permukiman warga pesisir pantura selama bertahun-tahun itu, tidak hanya mengganggu aktivitas warga, tapi juga merusak fasilitas umum.

“Rob tidak lagi menggenangi Desa Mulyorejo sejak empat bulan terakhir. Sebelumnya masjid, jalan, sekolah selalu terendam rob hingga setinggi lutut sehingga mengganggu aktivitas masyarakat,” kata Mubarok.

Ia menambahkan, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha  2017 merupakan perayaan hari raya paling istimewa, karena warga bisa Salat Id dan merayakan hari lebaran tanpa tergenang rob. Biasanya warga tepaksa salat dengan kepungan rob. Tapi kini dapat melaksanakan ibadah salat di atas lantai atau tanah kering tanpa rob.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait