Tak Sekadar Andalkan Selfi, Lomba Rakyat pun Bisa Gaet Wisatawan

  • 29 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Ambarawa – Menikmati keindahan alam di ketinggian tertentu, memang akan membawa sensasi tersendiri. Biasanya, pengunjung pun akan betah berlama-lama berada di ketinggian sambil mengabadikannya dengan ber-selfi atau ber-wefi ria. 

Peluang itu pula yang dibidik dari penataan Bukit Srobi yang terletak di Desa Pasekan, Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Lokasinya yang berada di ketinggian, diapit Gunung Ungaran dan Telomoyo, menjadi keuntungan tersendiri.

Untuk mencapainya, pengunjung memang harus agak bersusah payah. Apalagi yang berjalan kaki. Sebab, jalan yang dilalui menanjak tanpa jeda . Tetapi setelah sampai puncak, rasa lelah niscaya akan tertebus. Pengunjung akan dimanjakan dengan hijaunya hutan Gunung Telomoyo dan Ungaran. Selain itu juga tampak hamparan Danau Rawapening yang indah.

Spot-spot foto yang disediakan pengelola, yakni warga Desa Pasekan, menjadi tempat favorit pengunjung. Ada rumah dayak, jendela yang memberikan efek seperti sedang menikmati sejuknya hawa pegunungan, dan bagi yang tidak takut ketinggian bisa naik ke pohon yang sudah didesain untuk ber-selfi dan ber-wefi. Untuk menikmati keindahan alam tersebut, pengunjung hanya dikenakan tiket Rp 3.000 per orang.

Tempat wisata yang hanya menempuh waktu kurang lebih 20 menit dari pusat Kota Ambarawa itu, diresmikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Minggu (28/1). Dia merasa senang, karena berbekal dana desa, saat ini banyak desa yang membuat desa wisata.

“Pak lurah, saya pesen, Njenengan di sini karena view-nya bagus, Anda bisa buat event. Event inilah yang bisa bikin orang datang. Hari ini orang lalu lalang hanya ingin melihat itu. Coba bikin lomba. Lomba selfi. Kesempatan era zaman narsis dibawa ke hal yang positif untuk jualan wisata njenengan,” katanya memberi masukan.

Selain lomba selfi, juga bisa diadakan lomba fotografi dan lomba menulis untuk umum dengan hadiah menarik. Cara itu akan menarik orang untuk datang ke Desa Pasekan.

Ganjar kemudian menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Lombok. Saat itu dia berbincang dengan penggiat media sosial. Di antara mereka ada yang menulis mengenai keseharian masyarakat di satu satu desa di Lombok.

“Anak ini hanya menceritakan dalam tulisan, kamu bangun pagi hanya mendengar kodok, habis itu bebek, habis itu orang saling menyapa, ‘mau ke sawah ya? Hati-hati ya. Sampai ketemu.’ Tiap siang mereka mendengarkan klonthang-klonthang orang bawa bambu untuk memanjat kelapa mencari nira. Setelah magrib, hanya mendengarkan azan, dan ramai-ramai di surau orang mengaji. Cerita seperti itu, dikasih foto-foto dan ditulis tiap hari. Itu ternyata kekuatan yang dahsyat untuk wisata,” paparnya.

Tulisan itu, lanjut Ganjar, dimasukkan ke blog dan web, kemudian dibaca orang-orang Eropa. Akhirnya sedikit demi sedikit wisatawan macanegara datang. Mereka membuat testimoni kegiatan keseharian warga yang menurut mereka menyenangkan. Saat ini, warga membuat lomba mengejar bebek untuk anak-anak bule. Untuk mengikutinya, diwajibkan membeli tiket. Begitu pula bagi wisatawan mancanegara yang ingin mencoba sensasi memanjat kelapa.

“Kalau sudah magrib, semua sarungan, (bule)  tuku sarung. Ceritanya luar biasa. Sesimple itu dan hari ini itu jadi kunjungan favorit bule-bule,” tutupnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait