Tak Hanya Tangguh Tapi Juga Bermental Baja

  • 09 Sep
  • ikp
  • No Comments

WONOSOBO – Sekitar 500 pendekar silat ‘menyerbu’ Alun-alun Wonosobo. Bukan untuk menyerang betulan, mereka unjuk kebolehan dalam gerakan yang indah dan berani dalam puncak peringatan  Hari Olahraga Nasional Provinsi Jawa Tengah 2019, Senin (9/9/2019).

Selama sepuluh menit, para hadirin disuguhi kelihaian dan keindahan gerakan-gerakan pencak silat dari berbagai perguruan silat yang tergabung dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia. Salah satunya, atraksi enerjik para pesilat cilik dari Padepokan Pencak Silat Krida Yudha Sinalika dari Kertek, Wonosobo. Abi (8) dan kawan-kawannya terlihat lincah dan tak kesusahan memperagakan berbagai jurus, seperti jurus lare atau obah bocah, yaitu jurus dasar untuk anak-anak.

Sudah hampir setahun bergabung di padepokan yang telah ada sejak tahun 1913, Abi mengaku senang berlatih pencak silat karena menambah keberanian dan kepercayaannya. Walaupun semula disuruh ibunya, Abi kini serius menekuni pencak silat.

Senada dengan Abi, Laily (12) pun jatuh hati pada pencak silat. Gadis berjilbab itu terus berlatih silat disela kegiatan sekolahnya demi mengapai cita-citanya, yakni menjadi atlet pencak silat. Meneruskan ibunya yang juga seorang atlet pencak silat, Laily berharap ia juga dapat mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

Pencak Silat pun mengubah Novariani (17) menjadi pribadi yang lebih baik. Gadis itu menceritakan pengalaman tidak menyenangkan saat kecil, yang sejak usia enam tahun memiliki fisik lemah dan sakit-sakitan, sehingga harus menelan pil pahit karena tidak naik kelas. Namun semenjak ia berkecimpung di pencak silat, tak hanya mentalnya yang semakin tangguh, fisiknya pun berangsur kuat. Beruntung, Novariani mendapat dukungan ibunya, dan dia tekun berlatih untuk menjadi atlet.

Semangat para pendekar cilik ini membuat bangga sang pelatih yaitu Guntur Geni (40). Pria yang telah menggeluti pencak silat dari tahun 1996 ini menyampaikan bahwa pencak silat tak hanya tentang tendang-menendang ataupun adu otot tapi juga sarat makna dan keindahan tari disetiap gerakannya. Pencak silatpun diterima dengan baik oleh semua kalangan yaitu dari anak-anak hingga dewasa. Pelatihan di usia belia menurutnya sangat penting untuk pembentukan mental dan mengasah kemampuan.

Alhamdulillah pencak silat diterima dengan baik oleh semua kalangan. Banyak yang tertarik ikut dari anak-anak hingga dewasa usia 56 tahun”, ucap guntur.

Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin yang menjadi inspektur upacara Peringatan Hari Olahraga Nasional 2019 menekankan, pelatihan sejak usia belia sangat perlu. Ia terus mengajak masyarakat untuk rutin berolahraga, menjadikan olahraga sebagai kebutuhan dan gaya hidup.

Gus Yasin, sapaannya, menambahkan olahraga dapat dilakukan di mana dan kapan saja. Ia berharap dengan rajin berolahraga, apalagi bagi generasi muda, dapat mewujudkan bibit-bibit unggul yang dapat mewakili Indonesia di ajang Internasional.

“Olahraga itu murah dan mudah, dapat dilakukan dimana saja. Olahraga harus menjadi kebutuhan dan  gaya hidup. Dengan kesegaran jasmani yang bagus, khususnya untuk generasi penerus, mewujudkan bibit-bibit unggul yang dapat mewakili Indonesia di kancah internasional,” lanjut Wagub Jateng Taj Yasin.

Diakhir acara, Wagub Jateng memberikan hadiah doorprize kepada Kiki (13) salah satu siswa kelas 1 dari SMP Muhammadiyah 1 Wonosobo yaitu berupa treadmill.

Treadmill itu apa sih?”tanya Yasin kepada Kiki.

Dengan polosnya Kiki pun menjawab untuk lari sambil tersenyum. Mengaku tidak suka olahraga tapi karena dapat treadmill, Kiki terpacu untuk mulai rajin olahraga terutama lari.

Nggak suka olahraga, tapi alhamdulillah dapat ini (treadmill) jadi semangat buat olahraga supaya terpakai.”seloroh Kiki. (Ic/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait