Tak Hanya Fahami Tripitaka, Tapi Dukung Revolusi Mental

  • 02 Nov
  • Prov Jateng
  • No Comments

Magelang – Sekitar 1.600 orang peserta Swayamvara Tripitaka Gatha (STG) Tingkat Nasional X Tahun 2017 dari 32 provinsi se-Indonesia ekspresif menampilkan defile di hadapan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Wakil Gubernur Jawa Tengah H Heru Sudjatmoko MSi, sejumlah bikhu, dan umat Buddha yang memadati Taman Lumbini Kompleks Candi Borobudur, Kamis (2/11). Tak terkecuali, 64 orang dari kontingen Jawa Tengah yang tampil menarik dengan busana adat, bahkan beberapa di antaranya mengenakan kostum para tokoh cerita Sun Go Kong.

Tak sekadar peragaan biasa dengan penampilan yang beragam. Defile tersebut sekaligus menunjukkan komitmen umat Buddha untuk mewujudkan revolusi mental.

Ketua Lembaga Pengembangan Tripitaka Gatha (LPTG) Ir Arief Harsono MM MPdB menerangkan, STG rutin diselenggarakan setiap tiga tahun sebagai upaya umat Buddha untuk mewujudkan gerakan revolusi mental menuju Indonesia yang lebih baik.

“Salah satu tujuan utama dari penyelenggaraan swayamvara ini tidak hanya untuk memberikan kesadaran kepada generasi muda umat Buddha yang hidup di era milenial akan pentingnya memahami kitab suci Tripitaka sebagai pegangan hidup, tetapi juga bagaimana mereka dapat menjalin rasa persaudaraan, teguh dan tangguh dalam hidup berdampingan, berdialog, dan berintegrasi dengan sesama umat Buddha maupun umat beragama lainnya,” terangnya.

Senada dengan tema acara “Melalui Swayamvara Tripitaka Gatha Nasional, Kita Wujudkan Revolusi Mental Umat Buddha Indonesia yang Bhinneka”, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin menegaskan, ajaran Dharma Buddha sejalan dengan intisari gerakan revolusi mental. Pasalnya, Dharma Buddha mengajarkan manusia kembali ke jati diri kemanusiaannya, termasuk menjaga etika dan moralitasnya.

“Ketika digaungkan Dharma Buddha sebenarnya sedang diagungkan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai yang mengedepankan kesalehan sosial, pembelaan kepada mereka yang lemah, bukan nilai-nilai keserakahan. Revolusi mental dapat terlaksana apabila manusia mau mengubah kondisi pikirannya yang semula diliputi keserakahan, kebencian, dan keegoisan kemudian beralih menjadi pikiran yang memiliki kepedulian, cinta kasih, dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat,” tegasnya.

Wakil Gubernur Heru Sudjatmoko menambahkan, kebersamaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan para tokoh masyarakat dan tokoh agama, termasuk tokoh agama Buddha hingga kini telah menciptakan kedamaian di Jawa Tengah. Bahkan menghadapi Pilkada mendatang, kondisi provinsi ini tetap damai. Keharmonisan yang dibangun tersebut mencerminkan jika masyarakat Jawa Tengah mampu menghormati perbedaan dan memandangnya sebagai anugerah dalam berbangsa dan bernegara.

“Meski Jawa Tengah menjelang Pilkada, tetapi Jawa Tengah tetap damai. Ini adalah kebersamaan kita, pemerintah dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama, termasuk tokoh agama Buddha. Walaupun kita berbeda-beda, tetapi itulah keindahan negeri ini dan kita tetap rukun. Warga Jawa Tengah sudah sangat terbiasa dengan perbedaan. Warga Jawa Tengah menghormati kebhinnekaan dan menjunjung ketunggalikaan,” pungkasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait