Tak Cukup Bermodalkan “Skill”

  • 09 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Tahun 2045, tepat satu abad Indonesia memperingati kemerdekaannya. Meski sudah 100 tahun merdeka, namun tantangan global yang dihadapi bangsa ini semakin besar.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati SE MS PhD menyampaikan, pada 2045 jumlah penduduk Indonesia diprediksi berkisar 300 juta jiwa, dan 52 persen di antaranya berasal dari kalangan usia produktif. Mereka akan dihadapkan pada perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu pondasi untuk pembangunan ekonomi nasional dan memenangkan persaingan dunia.
“Orang yang mempunyai inteligensi dan integritas bagus serta mampu mengelola unit itu termasuk makhluk yang langka saat ini.  Human relations dan organizational skill serta leadership, perlu ditingkatkan. Dan perguruan tinggi menjadi salah satu institusi penting untuk membangun pondasi ekonomi Indonesia,” terangnya saat menyampaikan Kuliah Umum dalam rangka Dies Natalis FEB Universitas Diponegoro, Senin (9/4).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, tak hanya bermodalkan skill, SDM semakin dituntut untuk mampu berpikir kreatif, inovatif, dan mampu bekerja sama dengan baik.
“Ciri manusia unggul adalah dia bisa cooperate. Saya harap Undip lahirkan alumni yang pikirannya tidak birokratis. Selain itu, Anda harus menjadi universitas yang menciptakan kreativitas, inovasi, dan simplifikasi. Itu harus ada di dalam gen Anda semua,” tegasnya kepada para mahasiswa.
Dikatakan, pondasi lainnya yang menentukan pembangunan ekonomi nasional adalah kualitas infrastruktur, kelembagaan, dan kebijakan. SDM dan infrastruktur yang baik, namun tidak diimbangi dengan kelembagaan yang profesional dan kebijakan yang tepat, akan menghambat upaya pembangunan ekonomi nasional.
Sri Mulyani mencontohkan, pada tahun 1800-an, kehidupan di Argentina setara dengan beberapa negara Eropa Barat. Bahkan, kekayaan negaranya setara dengan Belgia. Namun, selanjutnya pembangunan ekonomi di Argentina terhambat karena implementasi kebijakan yang tidak tepat.
“Jangan dikira kalau negara sudah maju, selanjutnya akan maju terus. Argentina pada tahun 1800 itu tingkat kehidupannya sama dengan Eropa Barat. Sama kayanya dengan Belgia. Tetapi 100 tahun negara itu terus-menerus berkembang dengan policy yang salah. Tapi saat ini dia mau bangkit lagi,” bebernya.
Sri Mulyani berharap, Undip dapat berperan aktif dalam membangun empat pondasi tersebut. Yakni membangun SDM berkualitas, infrastruktur yang baik, kelembagaan profesional dan kebijakan yang tepat.
“Saya berharap Undip sebagai civitas akademika merupakan institusi lembaga pendidikan yang mampu ikut menjadi pemberi solusi membangun pondasi tadi. Membangun manusia, lembaga yang baik, mengajarkan policy dan menjadi lembaga yang kredibel serta memiliki kualitas yang baik,” harapnya.
Peduli Lingkungan
Sebelum menyampaikan kuliah umum, Sri Mulyani juga menghadiri International Workshop UI GreenMetric (IWGM) di Widya Puraya Undip. IWGM juga dihadiri oleh Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi dan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP. IWGM 2018 diikuti sekitar 140 peserta dari 23 negara. Di antaranya Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Taiwan, China,  USA, Italia, Spanyol, dan beberapa negara lain.
UI GreenMetric merupakan salah satu perankingan perguruan tinggi tingkat dunia yang diinisiasi oleh Universitas Indonesia dengan mendasarkan pada enam indikator. Yaitu pengaturan dan infrastruktur, pengelolaan limbah, energi, penggunaan air, transportasi, dan pendidikan. Workshop tersebut sebagai sarana sharing pengalaman dan strategi kampus-kampus dunia dalam pengelolaan lingkungan.
Rektor Universitas Diponegoro Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum menjelaskan, beberapa persoalan dunia saat ini, seperti pemanasan global, kelestarian lingkungan, dan energi baru dan terbarukan memerlukan aksi nyata dari perguruan tinggi untuk membantu mengatasinya. Perguruan tinggi diyakini mampu menggerakkan perubahan sosial di tengah masyarakat untuk semakin peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Pihaknya mencontohkan, Undip menerapkan upaya pengurangan konsumsi air dan energi fosil.
We do believe that UI GreenMetric will provide policies related to green and sustainable campus all over the world,” tuturnya.
Senada dengan Yos Johan, Menkeu Sri Mulyani mengapresiasi perkembangan GreenMetric yang diinisiasi oleh UI. Pasalnya, pada 2010 hanya seratus perguruan tinggi dari beberapa negara yang terlibat dalam UI GreenMetric. Namun, saat ini sudah sekitar 600 perguruan tinggi dari berbagai negara yang berpartisipasi dalam UI GreenMetric. Dengan semakin banyak perguruan tinggi yang terlibat, maka pesan tentang peduli lingkungan akan semakin luas didiseminasikan kepada masyarakat dunia.
This is very good initiative by University Indonesia to create this greenmetric. It is quite remarkable to see that the development of this programme. It was started by only 100 universities from differ country to participate in 2010, but today more than 600 colleges and universities from 75 countries. It is very strategic role of higher education and university in spreading the knowledge, understanding, and awareness how important for all about take care this planet,” pungkasnya.
Penulis : Ar, Humas Jateng
Editor : Ul, Diskominfo Jateng
 Foto : Humas Jateng

Berita Terkait