Tak Boleh Pesimistis, Tapi Jangan Merasa Ayem

  • 02 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

Purbalingga – Bencana alam tidak dapat ditolak, namun dapat diminimalisasi dampaknya. Oleh sebab itu, masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana alam wajib memiliki pengetahuan tentang mitigasi bencana. Sehingga mereka dapat mengantisipasi bencana alam yang bisa terjadi kapan pun dan menekan jumlah korban.

“Daerah kita dikenal sebagai daerah rawan bencana. Kalau kita tidak waspada dan tidak punya pengetahuan yang cukup, bisa saja menjadi bencana besar dengan banyak korban. Tetapi kalau kita punya ilmunya, maka kalaupun terjadi bencana, kita masih bisa menekan jumlah korban jiwa dan harta benda,” terang Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi saat menghadiri Sosialisasi Daerah Rawan Bencana Bagi Pemangku Kepentingan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purbalingga di Pendapa Kabupaten Purbalingga, Kamis (2/8).

Heru menegaskan, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tidak boleh putus asa menghadapi fakta tentang lingkungannya tersebut. Namun, mereka juga tidak boleh bersikap biasa saja dan mengabaikan potensi bencana alam di sekelilingnya.

“Kita tidak boleh pesimistis dan putus asa. Tapi kita juga tidak boleh berpikir ayem-ayem saja seolah bencana ini sudah biasa. Yang terpenting adalah bangun terus sumber daya manusianya agar menjadi masyarakat yang tangguh bencana. Karena negara yang maju adalah negara yang SDM-nya berkualitas,” tegasnya.

Mantan Bupati Purbalingga ini mencontohkan, Jepang adalah salah satu negara rawan bencana alam. Gempa bumi seringkali mereka hadapi, namun tidak membuat Jepang terpuruk. Masyarakat Jepang justru terbukti tangguh bencana. Bahkan, Jepang tetap menjadi negara unggul di Asia.

“Ada contoh yang baik, yaitu Jepang yang dikenal sebagai negara penuh dengan bencana gempa bumi. Tapi Jepang tetap menjadi negara unggul, bahkan paling maju di Asia,” tuturnya.

Senada dengan wakil gubernur, Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon menekankan masyarakat di wilayahnya harus senantiasa meningkatkan kesadaran dan kemampuan tentang mitigasi bencana. Pasalnya, Kabupaten Purbalingga menduduki peringkat 17 se-Jawa Tengah sebagai kabupaten rawan bencana. Potensi bencana alam di Kabupaten Purbalingga meliputi tanah longsor, gunung berapi, banjir, hingga puting beliung.

“Berdasarkan indeks rawan bencana yg dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kabupaten Purbalingga merupakan kabupaten peringkat 17 dari 35 kabupaten/ kota se-Jateng terkait kebencanaan. Artinya, potensi bencana di Kabupaten Purbalingga masih tinggi. Secara geografis, Kabupaten Purbalingga dikelilingi oleh dataran tinggi, di bawah kaki Gunung Slamet. Kabupaten Purbalingga juga mempunyai sungai-sungai besar,” ungkapnya.

Dyah membeberkan, per 2 Juni 2018 ada sekitar 51 bencana yang terjadi di Kabupaten Purbalingga. Antara lain 16 kejadian tanah longsor, 19 kebakaran, 10 angin kencang, dan enam banjir.

“Saat ini kita juga sudah memasuki musim kemarau. Sehingga di beberapa titik kecamatan ada potensi desa-desa yang kekurangan air bersih. Pemerintah tidak tinggal diam, melalui BPBD kita terus memberikan distribusi air bersih kepada desa-desa yang membutuhkan,” jelasnya.

Plh Kalahar BPBD Provinsi Jawa Tengah Sarwa Pramana SH MSi juga mengimbau masyarakat Purbalingga untuk tidak apatis terhadap aktivitas vulkanik Gunung Slamet. Apalagi, terdapat 1.861 KK yang menduduki daerah dekat dengan Gunung Slamet.

“Salah satu gunung api di sini adalah Gunung Slamet. Kami harap masyarakat Purbalingga tidak apatis terhadap Gunung Slamet. Karena Gunung Sinabung yang 200 tahun lebih akhirnya meletus juga. Gunung Slamet juga pernah terjadi erupsi tetapi alhamdulillah bisa turun kembali,” imbaunya.

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor: Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait