Tak Ada Aksi Bela Rohingya di Candi Borobudur

  • 06 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jateng dan tokoh-tokoh lintas agama mendukung aksi bela Rohingya dipusatkan masjid tanpa orasi ataupun unjuk rasa. Namun dengan berbagai kegiatan positif, yakni salat Jumat, penggalangan dana dan bantuan untuk etnis Rohingya.

Hal itu terungkap dalam rapat koordinasi Forkopimda Provinsi Jateng dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) guna menyikapi aksi solidaritas Rohingya, di ruang rapat lantai 2 Kantor Gubernur, Rabu (6/9). Rapat yang dipimpin Sekda Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP tersebut dihadiri Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Tatang Sulaiman, Ketua FKUB Jateng Prof Mujahirin Tohir, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng KH Ahmad Darodji, Kemenag Jateng, serta kepala organisasi perangkat daerah terkait.

Usai rakor, Sekda Sri Puryono mengatakan, massa yang berkumpul di Masjid Jami An-Nur Kabupaten Magelang bukan untuk berunjuk rasa atau berorasi. Melainkan mengadakan salat Jumat bersama dengan materi khotbah berisi empat formula yang diinstruksikan Presiden RI melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, terkait dengan apa yang dialami etnis Rohingya di negara Myanmar. Demikian pula khotbah Jumat di masjid-masjid lain di seluruh daerah di Jateng diimbau menyisipkan empat formula tersebut.

“Karena masjid adalah tempat ibadah ya untuk ibadah, dan itu sudah ada peraturannya. Segala kegiatan di Masjid Annur adalah takmir masjid, bukan orang luar. Tidak ada orasi, hanya khotbah. Dan khotbah kita titipkan sosialisasi empat formula yang diperintahkan presiden kepada Menteri Luar Negeri,” bebernya.

Adapun empat formula yang diusulkan untuk Rakhine State terdiri dari empat elemen, yaitu mengembalikan stabilitas dan keamanan, menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan, perlindungan kepada semua orang yang ada di Rakhine State tanpa memandang suku dan agama. Selain itu juga segera membuka akses untuk bantuan kemanusiaan.

Sekda menjelaskan, Rakor Forkopimda dengan FKUB Jateng, menghasilkan beberapa kesepakatan. Yaitu seluruh peserta rapat termasuk tokoh-tokoh agama sepakat menjaga kondusivitas Jawa Tengah, menyosialisasikan “Empat Formula” kepada seluruh lapisan masyarakat.

Selain itu, ada kesepakatan bersama dalam aksi solidaritas terhadap Rohingya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan simpati, elegan, doa bersama, penghimpunan dana dan bantuan yang dibutuhkan masyarakat Rohingya. Rencana aksi damai di Candi Borobudur pun diganti dengan agenda kegiatan salat Jumat bersama di Masjid An-Nur, dan tidak boleh ada orasi.

“Ini penting untuk perlu disampaikan agar tidak ada miskomunikasi atau persepsi yang berbeda. Saya minta bantua teman-teman media elektronik maupun cetak untuk menyosialisasikan ini,” imbuh sekda.

Terkait pengamanan kawasan Candi Borobudur, lanjut dia, candi peninggalan Dinasti Sailendra itu tetap dibuka untuk pengunjung berkelompok, sedangkan pengunjung perorangan sementara ditutup. Kebijakan tersebut sebagai upaya agar keamanan kawasan candi tetap terjaga dan aktivitas masyarakat sekitar candi berjalan normal.

“Kalau pengunjung kelompok atau grup lebih mudah pengawasannya. Apalagi tanggal 9 September lusa Presiden RI akan berkunjung ke Magelang,” imbuhnya.

Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono menyebutkan, pihaknya mengerahkan 25 satuan setingkat kompi (SSK) atau sekitar 2.500 personel untuk pengamanan aksi solidaritas Rohingya. Meskipun aksi unjuk rasa di kawasan Candi Borobudur batal, namun kekuatan pengamanan tetap disiapkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.

“Aksi yang di Candi Borobudur sudah dibatalkan, kalau yang di masjid An-Nur itu kan salat Jumat, tetapi kita tetap siaga satu mulai Kamis, Jumat, dan Sabtu,” katanya.

Sementara itu, Ketua FKUB Jateng Prof Mujahirin Tohir, mengatakan saat ini merupakan momentum yang baik bagi bangsa Indonesia khususnya warga Jawa Tengah untuk semakin mempererat hubungan antartokoh agama.

“FKUB Jateng menyarankan kepada pemerintah provinsi agar mengambil momentum untuk mempererat hubungan antartokoh agama dengan cara di kecamatan-kecamatan yang warganya berbeda-beda agama dibentuk FKUB tingkat kecamatan,” jelasnya.

Pengurus FKUB tingkat kecamatan berasal dari berbagai agama. Sehingga kalau ada hal-hal atau gejala kurang beres, para tokoh agama yang tergabung di FKUB bisa saling berkomunikasi dan bersilaturahmi, saling menghormati antarumat beragama.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editot : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait