Sudarli : “Nggak Ada Itu Ikan Ayam…”

  • 20 Jun
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Tidak mau makan ikan karena banyak durinya? Atau masih menghindari konsumsi ikan gara-gara amis? Semua itu bukan lagi alasan, sebab sekarang ini banyak cara pengolahan ikan yang membuat ikan tidak lagi berduri, tidak amis, bahkan dengan aneka rasa yang lezat.

Saat membuka Kampanye Gemarikan Bagi Masyarakat Jawa Tengah dan Bazar Ramadhan 1438 H, yang berlangsung di Halaman Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Selasa (20/6), Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Sudarli Heru Sudjatmoko yang mewakili Ketua TP PKK Hj Atikoh Ganjar Pranowo menyampaikan ikan merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia karena gizinya yang sangat bagus. Dengan pemenuhan gizi yang baik pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, diharapkan anak tumbuh sehat, cerdas, menjadi generasi dibanggakan dan dapat mengelola Indonesia dengan sebaik-baiknya.

Ditambahkan, sekarang ini pengolahan ikan sudah sangat beragam. Bahkan ikan bandeng yang durinya sangat banyak, sudah bisa dicabuti dengan pinset. Sehingga, memudahkan untuk dikonsumsi. Banyak pula ikan yang rasanya sudah divariasikan, dipadukan dengan keju dan bahan lain yang membuat rasanya berbeda.

Namun, meski banyak produk ikan olahan, Sudarli tetap berharap masyarakat dapat mengolah ikan sendiri dengan lebih baik. Mereka diminta mempelajari cara mengoreng ikan yang hasilnya renyah di luar tapi tetap lembut di dalam, mengolah ikan agar tidak amis dengan terlebih dahulu membilasnya dengan air jeruk nipis dan memberikan rempah-rempah, seperti jahe atau kunyit, membuat sup ikan yang lezat, atau menguasai menu olahan ikan lainnya.

“Supaya matang enak dan dalamnya lembut, rahasianya nek nyemplungke ning lenga pas lengane wis tuwa. Itu barang sepele, tapi kadang dilewatkan ibu-ibu. Halah, mengko ya mateng dhewe. Mateng, tapi beda. Ikan itu memang paling enak dimakan, paling gampang dimasak. Dipepes, digoreng, disup. Makanya, mari kita tinggikan konsumsi ikan sehari-hari,” ujar Sudarli.

Pola pikir masyarakat, imbuhnya, mesti dibenahi. Semua mereka menganggap ikannya itu tahu tempe, atau “ikan” ayam, kini masyarakat mesti mengonsumsi ikan yang sesungguhnya, baik ikan air tawar maupun air laut.

“Ikan kok tempe. Ikannya ikan ayam. Nggak ada itu ikan ayam. Ikan ya ikan. Ayam itu daging ayam. Tahu ya tahu, tempe ya tempe. Bagi yang sudah terbiasa ngendikan ikannya tahu dan tempe ya diperbaiki. Ikannya itu ya ikan,” tegasnya.

Selain pengolahan ikan, masyarakat juga dituntut memiliki keterampilan memilih ikan yang segar. Sudarli memberikan tips memilih ikan yang baik, yakni pilih ikan yang masih hidup karena dipastikan tidak mengandung formalin. Jika tidak ada, perhatikan insangnya. Beli ikan yang insangnya berwarna merah segar, dan masih ada lalat yang mau mendekat. Sebab, jika kondisi ikan bagus, tapi tidak ada lalat yang datang, patut dicurigai jika ikan itu mengandung formalin.

Anjuran mengonsumsi ikan tidak sebatas pada gizinya yang bagus. Harganya pun murah. Mantan Ketua TP PKK Kabupaten Purbalingga ini menunjuk contoh harga ayam kampung hidup berukuran sedang yang harganya bisa mencapai Rp 100.000 per ekor. Jika dibelanjakan ikan, uang sebanyak itu setara dengan tiga kilogram ikan gurami atau lima kilogram ikan lele.

“Apakah kita harus beralih ke semua produk ikan terus ayamnya nggak laku, nggak. Ayam juga dibeli, tapi banyakin ikannya. Karena ikan lebih murah, proteinnya bagus, dagingnya putih, tidak membawa kolesterol. Makanya, mulai sekarang belajarlah masak ikan yang enak, karena ikan dasarnya sudah enak,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Ir Lalu M Syafriadi MM menambahkan, tingkat Konsumsi Ikan di Provinsi Jawa Tengah masih jauh dari tingkat yang diharapkan. Angka Konsumsi Ikan (AKI) Provinsi Jawa Tengah pada 2016 diperkirakan sebesar 26,28 kg/kapita/tahun, masih sangat rendah bila dibandingkan AKI Nasional sebesar 43,99 kg/kapita/tahun, dan masih dibawah batas minimal AKI yang dianjurkan pada ahli sebesar 31,41 kg/kapita/tahun. Namun demikian capaian tersrebut bila didasarkan pada RPJMD Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2018 AKI Jawa Tengah telah melebihi target. Target RPJMD pada 2016 adalah 20,55 kg/kapita/tahun dengan capaian  26,28 kg/kapita/tahun.

“Salah satu faktornya adalah budaya atau adat istiadat masyarakat Jawa Tengah masih memilih ‘iwak pitik’ dari. Ini sangat berbeda dengan masyarakat Lombok, atau saudara kita di Wilayah Timur lainnya di mana ikan menjadi pilihan utama keluarga bahkan dapat dikatakan tidak akan makan kalau tidak ada ikan,” terang Lalu.

Untuk Kota Semarang, imbuhnya, berdasarkan data Susenas 2016 AKI Kota Semarang mengalami peningkatan luar biasa yaitu sebesar 157 % dari Nilai A sebesar 9,34 kg/kapita/tahun menjadi 24,06 kg/kapita/tahun di Tahun 2016. Kota Semarang menempati urutan tiga besar Provinsi Jawa Tengah berdasar nilai A hasil Susenas 2016.

Karenanya, Lalu berharap agar makan ikan menjadi pilihan dalam pemenuhan gizi keluarga. Apalagi Provinsi Jawa Tengah mempunyai sumber daya yang sangat besar dan selama ini surplus produksi, di mana pada 2016 produksi ikan tercatat 789.453 ton. Sedangkan konsumsi ikan berdasarkan hasil Susenas masih sebesar 390.721 ton.

“Melalui gemar makan ikan, kita harapkan asupan gizi akan meningkat sehingga dihasilkan sumber daya manusia Jawa Tengah yang sehat, kuat dan cerdas. Pada sisi yang lain peningkatan konsumsi ikan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan adanya peningkatan konsumsi ikan akan mendorong tumbuhnya produksi, pengolahan dan pemasaran ikan termasuk juga menumbuhkan industri perikanan di Jawa Tengah khususnya perekonomian di Kota Semarang ini bisa semakin meningkat,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait