Soal Batik, Jateng Tak Ada Tandingannya

  • 04 Oct
  • Prov Jateng
  • No Comments

Pekalongan – Lagi butuh beli baju batik? Untuk seragam kantor, pesta, atau keperluan lain? Sekarang menjadi saat tepat untuk berburu barang kebutuhan Anda tersebut. Sebab, di Kawasan Wisata Budaya Jetayu tengah berlangsung Pekan Batik Pekalongan 2017, mulai 4-8 Oktober. 

Beragam batik, bisa dijumpai. Mulai dari yang berbahan katun, doby, hingga sutera, berwarna kimia, atau alam dan bermotif sederhana sampai klasik. Tak hanya itu, berbagai kerajinan dari limbah kain batik pun ada. Seperti tempat handphone, place mate, dan tas.

Saat Pembukaan Pekan Batik Pekalongan, Rabu (4/10), Plt Walikota Pekalongan Syailani Mahfudz menyampaikan, kegiatan tersebut merupakan kegiatan reguler yang sudah menjadi agenda nasional. Pada tahun penyelenggaraan kedelapan ini, kegiatannya yang mengusung tema “Batik Pekalongan Membingkai Silang Budaya Nusantara”, semakin beragam. Tidak hanya pameran, tapi juga diselenggarakan pameran wisata pekan batik, talkshow netizen dan demo membatik buketan, lomba kreasi batik tulis/cap raksasa, netizen batik selfie contest, serta festival jamu dan kuliner Jawa Tengah.

“Penyelenggaraan ini merupakan salah satu upaya Kota Pekalongan untuk mengambil peran penting dalam pelestarian batik sebagai salah satu warisan nonbenda Bangsa Indonesia yang telah diakui Unesco pada 2009 lalu, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional,” bebernya.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sangat mendukung kegiatan Pekan Batik Pekalongan. Pihaknya berharap, kegiatan tersebut menjadi momentum penting untuk melestarikan dan meneguhkan batik Indonesia yang telah diakui Unesco. Apalagi, Jawa Tengah adalah gudangnya batik. Setiap daerah di Jawa Tengah bahkan berlomba-lomba memroduksi batik sebagai upaya membumikan batik agar dicintai, diminati, dan dimiliki berbagai kalangan, baik kelas bawah maupun atas, anak-anak, remaja, maupun dewasa.

“Mau batik tulis, cap, atau kombinasi, mau berbahan katun, organdi hingga sutera, mau motif sederhana hingga yang rumit dengan cecek yang sangat kecil, semua ada di Jawa Tengah ini. Wis to, soal batik, Jateng ini tak ada bandingnya,” kata Sekda seraya memromosikan.

Sri Puryono berpendapat, perajin batik kini semakin peka dalam membuat desain dan motif batik. Salah satunya adalah batik motif wedhus gembel yang menggambarkan saat Gunung Merapi meletus. Motif itu pun laku di pasaran.

“Jadi perajin tidak perlu ragu untuk membuatkan motif sesuai yang dipesan konsumen. Saat Pak Gub kunjungan ke Belanda, memesan batik motif kincir angin. Dan saat ke Australia, memesan motif kanguru. Ternyata efeknya luar biasa. Negara Belanda dan Australia suka. Mereka kagum,” bebernya.

Selain motif yang mengikuti selera pasar, imbuh Sekda, pengembangan usaha batik juga harus berpedoman pada 3 K. Yaitu, meningkatkan kualitas dan kuantitas, serta menjaga kontinyuitas produksi.

Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram menambahkan, para perajin batik saat ini juga wajib belajar e-commerce. Sebab, dunia sudah memasuki era digital. Jika tak menyesuaikan akan tergilas.

“Kami di Kemenkop mengadakan pelatihan e-commerce. Tanpa itu, bisa tergilas karena toko-toko besar pun sudah membuka toko online. Sekarang dengan online, apapun bisa. Tidak ada yang bisa mecegah kemajuan teknologi kecuali kita dan peraturan,” tuturnya.

Agus berpandangan, potensi pemasaran batik sangat luas. Sebab, desain baik motif maupun bajunya tidak terbatas, dan dapat dikenakan pada event apapun. Keluwesan batik menjadi kelebihannya.

“Kalau seluruh ASN yang jumlahnya 4,7 juta membeli batik satu saja per tahun dengan harga Rp 50.000, omset perajin sudah Rp 6,05 triliun. Belum lagi hotel-hotel berbintang yang per 2014 jumlahnya 1.946 hotel, kalau memilih batik sebagai seragam karyawannya. Jadi industri batik memang menjanjikan,” tuturnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait