Sepakati Kawasan Dieng Milik Bersama

  • 24 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Wonosobo – Aktivitas-aktivitas yang kadang dianggap biasa bahkan disepelekan oleh masyarakat Indonesia, ternyata bisa mengundang ketertarikan wisatawan mancanegara. Seperti aktivitas mencari kutu atau ojek payung.

“Wisatawan asing itu sukanya asli apa adanya. Terutama wisatawan dari Belanda. Misalnya, ketika mereka ke candi, ya disajikan aktivitas asli masyarakat saat mereka ke candi. Di kampung-kampung, biarkan wisatawan mancanegara melihat apa adanya. Kalau londho (wisatawan mancanegara), melihat orang petan (mencari kutu rambut) itu atraksi,” kata Ketua DPD Asita DIY Udhi Sudiyanto pada acara Dialog Festival Desa Wisata dengan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP di Padepokan Wisata Anggrunggondok, Jumat (24/11).

Udhi mengaku, Dieng merupakan objek wisata yang sangat indah di Jawa Tengah. Sayangnya, menurut dia, kondisi saat ini tidak seindah dulu. Sebab, beberapa destinasi sudah tidak bisa dinikmati lagi keasliannya. Seperti, saat melihat aktivitas masyarakat di candi, seharusnya hanya melihat candi sebagai tempat yang sakral. Tetapi sekarang, hanya berjarak 50 meter dari candi ada area untuk trek-trekan.

“Di biro perjalanan saya, mungkin dari total tamu, kami hanya menjual Dieng lima sampai sepuluh persen. Sayang sekali. Padahal tamu saya, kebanyakan dari Belanda. Yang alam-alam seperti ini suka. Jadi dari Bandung, langsung Yogyakarta Purwokerto. Padahal dulu dari Bandung pasti ke Wonosobo, Purwokerto lalu Yogyakarta,” bebernya.

Menanggapi cerita tersebut, Gubernur Ganjar Pranowo menyampaikan, Dieng sudah mempunyai atraksi yang mendunia, yaitu Jazz di Atas Awan dan Ritual Pemotongan Rambut Gimbal. Setiap kali event tersebut digelar, sudah dipastikan seluruh tiket ludes terjual. Hebatnya lagi, itu dikerjakan oleh masyarakat. Pemerintah tidak banyak campur tangan terhadap event tersebut.

Namun di sisi lain, Ganjar mengakui, pengelolaan kawasan wisatanya masih perlu diperbaiki. Seperti mengubah perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, ramah terhadap tamu, serta mengatur range antarobjek wisata. Sinergitas antarkabupaten yang menjadi pintu masuk ke Dieng juga mesti dibangun.

“Kalau dalam acara ini bisa bersalaman, bergandengan, yang penting pintu masuk dari Wonosobo, Banjarnegara, Batang kita sepakati bareng-bareng bahwa Dieng milik kita, mari kita kelola. Setelah sepakat, nanti kita paparkan hasil reviu. Begitu setuju, kawasan Dieng kita bangun,” papar Ganjar.

Terkait ketertarikan wisatawan mancanegara ke Indonesia, Ganjar membenarkan, jika wisatawan mancanegara lebih suka dengan suasana objek yang natural. Umumnya mereka ingin betul-betul merasakan nuansa cross country.

Nek bisa aja dibangun babar blas karena ternyata mereka ingin merasakan cross country. Itu sudah saya cek di Banyuwangi. Banyuwangi nggak jadi buat jalan, hotel mewah. Akhirnya cuma cottage kecil-kecil, nggak ada sinyal, lampunya senthir, dan itu ternyata ngantre mahal sekali,” pungkasnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait