Senang Sambutan Hangat Keluarga Singgah

  • 11 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg, Jerman menjajaki kerja sama program pertukaran pelajar dengan SMA Negeri 5 Semarang. Sepuluh siswa Heinrich-Heine-Gymnasium akan belajar selama tiga minggu mendatang di SMA Negeri 5 Semarang, diawali pada 9 Oktober lalu. Sementara itu, 19 siswa SMA Negeri 5 Semarang menempuh studi di Heinrich-Heine-Gymnasium pada 21 September hingga 13 Oktober.

Saat beramah-tamah dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen di Ruang Rapat Lantai 2 Kantor Gubernur, Kamis (11/10), Vice Principal Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg, Katrin Dause, menyampaikan, akan ada banyak hal yang nantinya akan didapatkan oleh para siswa dari dua negara.

“Tidak hanya perbedaan budaya yang sangat kaya yang dimiliki Indonesia dan teknologi yang kita punya di Jerman, tapi saya yakin anak-anak juga akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa, dari keluarga-keluarga singgah yang akan mereka tinggali selama hampir satu bulan di Jerman dan tiga minggu di Indonesia nanti,” ujarnya.

Katrin mengatakan, pengalaman pertukaran pelajar antara sekolah di Jerman dengan sekolah di Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya, menunjukkan ikatan luar biasa telah terbangun antara siswa Indonesia dengan keluarga singgah di Jerman. Sehingga, ada beberapa siswa dari Indonesia yang kembali bersekolah di Jerman dan mendapatkan sponsor dari keluarga-keluarga singgah.

“Untuk sekolah kami, ini adalah kesempatan pertama. Karena empat kesempatan sebelumnya untuk sekolah lain. Kami berharap program ini terus berlanjut dan kami dapat terus mengirimkan murid-murid kami ke Indonesia,” harapnya.

Senada dengan Katrin, Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Semarang Dr Titi Priyatiningsih MPd menegaskan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, para pelajar harus dibekali dengan pengetahuan global, tanpa meninggalkan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Untuk itu, selama kurun waktu empat bulan, pihaknya serius membekali 19 siswa SMA Negeri 5 Semarang sebelum mengikuti program pertukaran pelajar di Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg. Setiap Sabtu dan Minggu, siswa rela tidak libur untuk mempersiapkan diri. Mereka belajar untuk fasih berkomunikasi Bahasa Inggris hingga berlatih bermain gamelan dan menari.

“Kita berikan pembekalan, baik pembekalan kemampuan berbahasa Inggris, berpidato, presentasi, termasuk kemampuan perform untuk bermain gamelan. Karena salah satu misinya adalah untuk mengenalkan budaya Indonesia. Tantangannya anak-anak harus tetap mengikuti pembelajaran rutin, dan mereka rela selama empat bulan setiap Sabtu dan Minggu tidak libur, karena itulah waktu yang efektif untuk memberikan pembekalan kepada mereka,” bebernya.

Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen menyambut baik penjajakan kerja sama program pertukaran pelajar antara Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg dengan SMA Negeri 5 Semarang. Menurutnnya, banyak hal yang dapat dipelajari oleh siswa Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg saat tinggal di Kota Atlas. Bukan hanya tentang mata pelajaran di sekolah, tetapi juga bagaimana kondusivitas kehidupan masyarakat, berbagai nilai dan norma, kekayaan seni budaya atau sumber daya alam Jateng dan Indonesia yang mempesona.

Wagub mengatakan, budaya Indonesia termasuk Jawa Tengah begitu majemuk. Tetapi masyarakat dapat hidup berdampingan secara harmonis. Indonesia juga negara yang sangat toleran dengan keberagaman suku, agama dan bahasa daerahnya.

“Semoga betah dan nyaman dengan lingkungan dan cuaca di Kota Semarang yang cukup panas. Yang pasti, masyarakat Semarang dan Jateng pada umumnya merupakan masyarakat yang ramah. Masyarakat yang menjunjung tinggi perbedaan, demokrasi dan apa yang digambarkan oleh dunia bahwa muslim adalah radikal akan kita tepis di negara ini, khususnya Jawa Tengah. Atas apa yang kalian peroleh di Indonesia, sampaikan dan sebarluaskan kepada teman-teman dan masyarakat Jerman ketika kalian pulang nanti,” jelasnya.

Wagub Taj Yasin ingin, penjajakan kerja sama program pertukaran pelajar ini terus berlanjut. Seperti halnya, kerja sama di bidang pendidikan antara Jawa Tengah dengan Queensland yang sudah berlangsung hingga saat ini.

“Kita akan menindaklanjuti, dan semoga kerja sama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dengan Jerman ada MoU setiap tahun,” ujarnya.

Kepada 19 siswa SMA Negeri 5 Semarang yang menempuh studi di Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg, Taj Yasin menyampaikan apresiasi karena mereka telah berperan sebagai duta Jawa Tengah dalam memromosikan seni budaya lokal di Jerman. Dia berpesan agar siswa dari dua negara tersebut senantiasa merawat persahabatan yang telah mereka jalin melalui program pertukaran pelajar ini.

“Rawat persahabatan yang telah terjalin bersama teman-teman baru kalian selamanya. Apa yang kalian peroleh di Jerman bisa kalian tularkan kepada kawan-kawan. Tidak hanya di SMA Negeri 5 Semarang saja, tetapi juga kepada teman-teman bermain di lingkungan kalian bahwa Indonesia perlu ide-ide cemerlang untuk memajukan republik, khususnya provinsi ini,” pesannya.

Siswa Heinrich-Heine-Gymnasium, Arne Matthias Erich Laudel menceritakan pengalaman uniknya selama tiga hari tinggal di Kota Lumpia. Pemuda berambut pirang itu menuturkan, ia harus beradaptasi dengan suhu udara di Semarang yang terik.

“Ketika berangkat dari Hamburg, Jerman temperaturnya sekitar 20 derajat celsius dan kadang-kadang di bawah 20 derajat celsius, ketika sampai di Indonesia ternyata di atas 30 derajat celsius. Jadi, kami merasa dingin di dalam pesawat karena hampir sama dengan suhu udara yang ada di Hamburg, tetapi ketika keluar dari pesawat dan memasuki lounge sudah mulai terasa panasnya,” ujarnya disambut tawa hadirin.

Arne mengaku senang karena keluarga singgahnya di Semarang begitu hangat. Setibanya di bandara, ia disambut oleh segenap keluarga.

“Ketika tiba di bandara, keluarga singgah sudah menyambut secara meriah. Seluruh anggota keluarga diajak dan itu merupakan penyambutan yang menarik bagi kami. Kami diajak makan dan ngobrol sesampainya di rumah. Saya merasa bahwa saya tidak tiba di rumah orang asing, tetapi tiba di rumah keluarga saya sendiri,” lanjutnya sembari tersenyum.

Sementara itu, Reyhan Rahardian, siswa SMA Negeri 5 Semarang berpendapat, program pertukaran pelajar yang diikutinya ini begitu berkesan. Reyhan yang mengaku pemalu dan kurang percaya diri dilatih oleh guru pendamping untuk terampil presentasi dengan bahasa Inggris yang fasih. Dia juga dituntut beradaptasi secara cepat, baik ketika tinggal bersama keluarga singgahnya di Hamburg maupun saat di sekolah bersama kawan-kawan baru.

“Ada banyak hal baru yang kami dapat melalui program ini. Seperti program penguasaan bahasa, pelatihan penguasaan diri, hingga kontrol emosi. Setelah melakukan program ini, saya ingin menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri lebih baik untuk berbicara dan menginspirasi teman-teman sebaya,” harapnya.

Orang tua siswa yang puteranya mengikuti program pertukaran pelajar tersebut, Muh Utomo berharap, program positif itu dapat terus berlanjut. Pasalnya, sang anak tidak hanya dibekali penguasaan bahasa Inggris dan budaya lokal, namun siswa juga dituntut mandiri dengan berjualan kuliner nusantara.

“Mereka harus bisa presentasi dalam bahasa Inggris di kelas bilingual di sekolah Jerman, harus menguasai budaya Indonesia untuk dipresentasikan di sana, harus bisa bermain seni gamelan. Dan mereka juga dilatih untuk mencari uang sendiri dengan berjualan makanan Indonesia di bazar. Mereka dilatih mandiri hidup di sana. Program ini bagus sekali dan sangat perlu ditindaklanjuti,” pungkas Utomo yang juga menjadi komite sekolah.

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait