Semakin Kondusif, Warga Wadas Studi Banding Persiapan Pascapenambangan

  • 24 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

PURWOREJO – Warga Desa Wadas Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo yang sempat viral karena pro dan kontra akibat rencana penambangan batu andesit, kini bersiap menyongsong kemajuan. Mereka yang diwakili Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sido Makmur Wadas akan studi banding di Bantul, Yogyakarta.

Ya, sebanyak 14 pengurus Bumdes Wadas belajar soal pengelolaan dan pengembangan di Umbul Nglanggeran Patuk Gunung Kidul, Tebing Breksi di Prambanan, Kebun Buah Mangunan, dan Bumdes Panggung Lestari di Bantul. Studi banding tersebut berlangsung pada 21-22 Januari 2023.

Direktur Bumdes Wadas, Fuad Rofik mengatakan, studi banding kali ini untuk mempelajari keberhasilan yang sudah dilakukan dan dikembangkan oleh Bumdes dari daerah lain.

“Kami menyongsong kemajuan desa kami. Salah satunya dengan mengembangkan Bumdes,” ujarnya, Senin (23/1/2023).

Menurutnya, Bumdes adalah wadah usaha bagi masyarakat desa, yang kepemilikan mayoritas warga diwakili oleh pemerintahan desa.

“Peningkatan kesejahteraan warga terdampak akibat proyek penambangan batu andesit yang akan digunakan sebagai fondasi Bendungan Bener, harus dikawal oleh kelembagaan ekonomi desa. Dalam hal ini Bumdes Sido Makmur, karena selain di situ ada keterlibatan warga juga menjadi pengawas, dalam soal penambangan batu andesit yang semula kami tolak,” lanjutnya.

Selain menjalankan fungsi usaha, Bumdes juga menjalankan fungsi sosial dan politiknya ketika berhadapan dengan proyek berskala besar tersebut.

“Untuk itu dulu ketika berdialog dan bernegosiasi dengan Pak Gubernur, pemrakarsa proyek Balai Besar wilayah Sungai Serayu dan Opak, kami meminta dilibatkannya Bumdes dalam pelaksanaan sekaligus pengawasan yang mewakili masyarakat terdampak,” ungkapnya.

Ke depan, pihaknya akan merancang master plan agrowisata pascapenambangan. Selain ada green belt, ada embung di puncak bekas tambang nantinya.

“Bayangan kami master plan itu wisata agro, di mana di pucuk ada embung untuk pengairan pertanian di sekitar lokasi,” terangnya.

Diharapkan, keseriusan Bumdes tersebut harus berbanding lurus dengan perhatian sejumlah pihak, terutama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

“Ini membuktikan bahwa kami serius, dan Pak Gubernur juga harus serius dalam hal memberikan perhatian niat kami,” jelasnya.

Kepala Desa Wadas, Fahri Setianto menuturkan, proyek strategis nasional akan membawa perubahan besar bagi desanya.

“Desa kami akan mengalami satu perubahan besar baik secara lanskap maupun ekonomi, sosial budayanya akibat proyek strategis nasional ini, maka kami harus memperkecil dampak negatifnya dan memperbesar dampak positifnya, sebagai alat penyejahteraan masyarakat Desa Wadas. Untuk itu harus belajar dari daerah lain yang sudah sukses,” paparnya.

Upaya studi banding tersebut, ungkapnya, tidak lepas dari dorongan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

“Selain itu Gubernur berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas baik pengurus maupun kelembagaan Bumdes, dan tentu saja bantuan modal,” imbuhnya.

Sementa Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Purworejo, Andri Kristanto menyampaikan, situasi dan kondisi di Desa Wadas kian kondusif. Pengukuran lahan tahap tiga sudah mulai dilakukan. Dari target 617 bidang, kini tinggal 8 bidang saja.

“Hal ini tercapai karena pendekatan dialogis dan langsung pada titik masalah dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Tak kurang sudah lima kali terjadi dialog, antara Pak Gubernur dengan kelompok warga,” tuturnya.

Hingga saat ini, pihaknya masih melakukan pendekatan terhadap warga pemilik delapan bidang yang tersisa.

“Kami pastikan tidak ada paksaan, tapi pendekatan masih terus kami lakukan,” tandasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait