Seduhan Kopi Bowongso Bikin Gandrung 

  • 28 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Wonosobo – Indonesia kaya akan jenis kopi terbaik, bahkan karakter dan ciri khas dari tiap jenis kopi lokal yang tersebar di penjuru nusantara berbeda-beda. Salah satunya kopi Bowongso yang memiliki citarasa unik sehingga banyak diburu pecinta kopi.

Seduhan kopi jenis arabika yang tumbuh di lereng Gunung Sumbing, tepatnya  di Desa Bowongso, Kecamatan Kalijajar, Kabupaten Wonosobo tersebut, tidak hanya digandrungi kalangan pecinta kopi nusantara, namun juga mancanegara. Kopi khas tersebut laris manis karena memiliki karakteristik yang berbeda dan sulit ditemukan di luar Wonosobo.

Tidak hanya pecinta kopi dari luar Jateng dan negeri tetangga, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo pun mencoba kenikmatan kopi yang tumbuh subur di dataran berketinggian 1200- 1400 Dpl itu. Sembari berbincang santai dengan ketua kelompok petani kopi Desa Bowongso dan pengusaha kedai kopi di Dee Coffe, Jalan Mayor Kaslam Wonosobo, Sabtu (27/1) malam, secangkir seduhan kopi susu pun habis sampai tetes terakhir. Bahkan orang nomor satu di Jateng itu menambah satu cangkir kopi hitam Bowongso.

“Ini kopi Bowongso, rasanya agak sepet-sepet gimana tapi sangat nikmat. Kopi lokal di Indonesia itu sebenarnya sangat nikmat, apalagi jika pengolahannya beragam, karena di Indonesia biasanya cuma dibuat kopi tubruk,” ucap Ganjar.

Tidak hanya menikmati kopi dan sepiring nasi goreng, mantan anggota DPR RI itu juga menyaksikan langsung proses pembuatan kopi hingga tersaji di meja konsumen. Kopi dengan aneka pilihan rasa ditawarkan di kafe yang menempati bangunan kuno peninggalan zaman penjajah. Konsep kafe yang memadukan ornamen klasik dan modern tesebut menjadikan suasana tempat nongrong anak-anak muda semakin nyaman.

Diakui, tanaman kopi di Kabupaten Wonosobo memiliki potensi yang luar biasa. Terlebih sekarang konsumsi kopi dunia meningkat. Maka sebagai salah satu penghasil kopi berkualitas, petani kopi Wonosobo memiliki peluang yang sangat baik dalam meningkatkan kualitas dan volume produksi guna memenuhi permintaan pasar untuk kopi tertentu.

“Termasuk juga memperhatikan kemasan agar menarik konsumen untuk membeli, kualitas biji kopi, serta pengolahannya,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, gubernur mendukung diselenggarakannya kompetisi seduh kopi manual di Dee Coffe pada Minggu (28/1) pagi. Ajang unjuk kemahiran menyeduh kopi tanpa mesin itu diikuti oleh 32 peserta dari berbagai provinsi. Diantaranya Jateng, Jabar, Jatim, Batam, DKI, dan Bali.

Ketua Panitia Kompetisi Seduh Kopi Manual, Daniel Wahyu Saputra mejelakan, kompetisi tingkat nasional ini bertujuan mengangkat kualitas kopi di Tanah Air. Sehingga peserta diwajibkan menggunakan bahan dasar kopi lokal Indonesia. Sebab seringkali ada kompetisi seduh kopi tapi tidak menggunakan kopi lokal.

“Beberapa tahun terakhir kopi sedang booming,  jadi ada teknik seduh manual yang kemudian dilombakan,” imbuhnya.

Melalui event di Wonosobo ini, Daniel berharap akan memantik event-event serupa di daerah kecil lain. Apalagi banyak petani kopi di pelosok daerah dan jauh dari perkotaan, sehingga di titik-titik pelosok tersebut ada kesinambungan sinergi antara petani dan pengusaha kopi.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait