Saring-“Sharing”, Lestarikan Budaya Bangsa

  • 19 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Surakarta – Keberagaman seni dan budaya Jawa Tengah menjadi bagian dari kekayaan budaya nusantara. Agar terjaga kelestariannya, semua harus terlibat memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa seni budaya daerah merupakan kekayaan negara bernilai tiada terhingga, maka harus dirawat dan dihidupkan.

“Semua harus terlibat, termasuk bapak dan Ibu yang ada di sini untuk ikut melestarikan budaya terutama kepada generasi muda bangsa. Kekayaan seni budaya daerah tidak hanya nguri-uri tetapi juga harus diuripi atau dihidupkan,” ujar Sekda Jateng Dr Ir Sri Puryono KS saat pengarahan sekaligus membuka Rakerda Komite Seni Budaya Nasional (KSBN) Jateng di Hotel Swiss Belinn Saripetojo Surakarta, Jumat (19/1).

Rakerda yang dirangkai dengan sarasehan seni budaya nusantara bertema “Peningkatan Pemahaman Ideologi Negara” itu, dihadiri Mayjend TNI (Purn) Hendardji Soepandji SH, GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, serta sekitar 200 peserta terdiri dari pelaku seni, budayawan, serta perwakilan instansi terkait dari 35 kabupaten/ kota se-Jateng.

Menurut Sekda, menjaga dan melestarikan budaya nusantara bukan berarti antibudaya asing. Melainkan bisa memilah dan memilih, saring dan sharing budaya yang beragam di tengah era globalisasi dan digitalisasi seperti sekarang, serta bagaimana pemahaman terhadap ideologi negara.

Tidak kalah penting adalah memberikan pemahaman tentang budaya daerah sejak dini kepada anak-anak, dan mengajak mereka mencintai budaya asli nusantara. Tidak perlu yang muluk-muluk, mulailah dari tingkat keluarga dengan pengenalan unggah-ungguh, kesenian dan budaya lokal, kuliner, kemudian di sekolah melalui pelajaran muatan lokal.

Selain itu, berikan peluang atau kesempatan seluas-luasnya kepada generasi muda bangsa untuk melakukan kolaborasi budaya antar daerah. Terlebih Jawa Tengah memiliki kesenian dan budaya lokal yang khas di masing-masing daerah. Seperti tari Bedoyo. Gambyong, Topeng Ireng, Jaran Kepang, dan Lengger.

“Harapan saya mudah-mudahan bisa direnungkan, bagaimana agar seni budaya kita di Jawa Tengah yang hampir punah bisa bangkit kembali,” katanya.

Seiring kemajuan teknologi, imbuh Sri Puryono, keberadaan media sosial bisa membantu untuk membangkitkan dan menggerakkan masyarakat, mengenal dan melestarikan budaya nusantara. Apabila ada kegiatan, pagelaran, araupun segala hal yang menyangkut seni budaya, dapat disebarluaskan melalui media sosial.

“Kalau ada event terkait seni budaya yang diviralkan melalui media sosial, hal itu mampu mengundang orang datang berbondong-bondong. Seperti festival rambut gimbal, festival Sungai Serayu, reog paguyuban, ketoprak PNS di Kabupaten Pati namanya Praja Budaya,” terangnya.

Ketua Panitia Sarasehan dan Rakerda KSBN Jateng, Rofai MSi mengatakan, KSBN dibentuk dengan harapan berbagai kebudayaan dan kesenian lokal bisa dikembangkan dengan baik. Selain itu juga mampu menyaring dan menyeleksi masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan norma norma budaya indonesia.

“Maksud diadakannya kegiatan ini, adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya pelaku seni dan budaya terhadap Pancasila sebagai  ideologi bangsa,” jelasnya.

Sedangkan tujuan kegiatan yang berlangsung dua hari atau Kamis-Jumat (18-19 Januari), imbuh Rofai, yaitu supaya tercipta kesamaan pemahaman dan sinergitas semua elemen masyarakat, termasuk pelaku seni dan budaya serta pemerintah.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait