Santri Didorong Jadi Pelopor Antinarkoba

  • 11 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

Kendal – Santri pelopor antinarkoba merupakan salah satu upaya pencegahan dini generasi muda bangsa dari bahaya narkotika. Terlebih, peredaran narkoba kian marak dan menyasar berbagai kalangan usia, termasuk usia anak-anak bahkan balita.

“Dalam rangka memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) tanggal 12 Juli, para santri juga harus menjadi pelopor menolak narkoba. Pramuka juga harus menjadi yang paling depan menolak narkoba,” ujar Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat memberi sambutan pada penutupan Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) tingkat Jateng di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno Kecamatan Boja, Kendal, Rabu (11/7).

Apalagi, lanjut dia, sekarang ini pemasaran narkoba kian canggih atau istilah trennya regenerasi marketing. Artinya narkoba tidak hanya menyasar kalangan muda dan orang tua, tapi juga anak-anak bahkan balita. Penjualannya pun tidak lagi di pinggir jalan atau tempat-tempat hiburan, namun sudah masuk sekolah, ponpes dan tempat-tempat umum lainnya.

“Bahaya narkoba sangat mengancam generasi bangsa. Semua harus terlibat memberantasnya, termasuk para santri dan Pramuka,” katanya.

Mantan anggota DPR RI itu berharap, kegiatan kepramukaan seperti PPSN ini mampu mendorong para santri mengamalkan nilai-nilai Dasa Dharma Pramuka dan Pancasila, budi pekerti, serta menjunjung tinggi kejujuran.

Dalam kesempatan itu, gubernur mengaku prihatin atas maraknya surat keterangan tidak mampu (SKTM) “abal-abal” selama pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) di berbagai daerah. Tidak sedikit orang tua yang secara ekonomi mampu tetapi mengaku miskin untuk mendapatkan SKTM supaya diprioritaskan masuk sekolah negeri favorit. Sikap orang tua seperti itu telah mengabaikan nilai-nilai kejujuran. Akibat ketidakjujuran para orang tua yang mengaku miskin demi anaknya masuk sekolah favorit, gubernur telah mencoret lebih dari 35 ribu SKTM calon siswa.

“Saya tega mencoret lebih dari 35 ribu SKTM abal-abal karena ketidakjujuran tidak ada toleransinya. Mengaku miskin dengan tujuan anaknya bisa masuk sekolah negeri favorit, padahal tidak diterima negeri bisa masuk pondok pesantren juga tidak kalah bagus,” terangnya.

Di hadapan ratusan santri dari berbagai daerah di Jateng, gubernur mengapresiasi aksi seni budaya yang ditampilkan dalam upacara penutupan PPSN 2018. Masing-masing kontingen mengenakan busana dan kesenian khas daerah, seperti kontingen dari Kota Magelang tampil sebagai seniman topeng ireng lengkap dengan pakaian dan asesoris penari topeng ireng.

Penutupan kegiatan tahunan yang berlangsung sejak Sabtu (7/7) tersebut, ditandai dengan pemukulan gong oleh gubernur didampingi Wakil Bupati Kendal Masrur Masykur, pengasuh ponpes, serta Forkompinda setempat.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait