Sampah Plastik Ancam Perairan Indonesia

  • 27 Oct
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Sampah plastik masih menjadi ancaman di laut, termasuk Indonesia. Karenanya, upaya penanggulangan sampah terus dilakukan, termasuk membangun pembangkit listrik berbasis sampah.

Deputi I Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Arif Havas Oegroseno menyampaikan, Indonesia tersohor sebagai negeri yang kuat dengan budaya maritimnya. Wilayah perairan nusantara yang melebihi luas daratan merupakan warisan maritim yang harus dikelola dengan baik. Namun, upaya untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim tidaklah mudah. Persoalan sampah plastik kini semakin menjadi ancaman dalam mengelola laut.

“Ancaman baru saat ini adalah sampah plastik di laut. 80 persen sampah plastik itu datangnya dari darat yang bocor masuk ke sungai, kemudian masuk ke laut karena tidak dikelola dengan baik,” terangnya saat menghadiri Sosialisasi Implementasi Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia di Gedung Grhadhika Bhakti Praja, Kamis (26/10).

Oegroseno membeberkan, terdapat sepuluh negara pembuang sampah plastik ke laut terbanyak di dunia. Sebagian besar di antaranya adalah negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

“Negara-negara yang menjadi juara dunia dalam membuang plastik ke laut, yaitu Cina, Indonesia, Filipina, Vietnam, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Malaysia, Nigeria dan Bangladesh. Mayoritas Asia Tenggara dan Asia Timur,” bebernya.

Dijelaskan, pengelolaan sampah plastik di tanah air masih tertinggal karena anggaran untuk pengelolaan sampah di Indonesia hanya enam dolar per orang. Sebaliknya, anggaran untuk pengelolaan sampah di negara lain mencapai 15 dolar per orang.

“Kenapa pengelolaan sampah kita tidak baik? Karena belum sesuai dengan rata-rata standar Internasional. Di dunia itu standar pengelolaan sampah per orang itu 15 dolar AS. Sementara Indonesia hanya enam dolar AS per orang,” jelas Oegroseno.

Dia juga mengungkap fakta tentang hasil riset dua perguruan tinggi tentang kondisi ikan yang hidup di perairan Makassar dan Amerika Serikat. Ikan di kedua negara tersebut ternyata mengonsumsi sampah plastik.

“Kita melakukan survei di Makassar dan di Amerika untuk melihat apakah ikan itu makan plastik. Ternyata betul, 28 persen ikan di pasar ikan Makassar itu makan plastik dan 67 persen ikan di Amerika makan plastik. Selain itu, 30 persen ikan anchovy di Tokyo makan mikroplastik. Ikan anchovynya dimakan ikan tuna, kemudian ikan tunanya dimakan oleh kita. Ini fakta baru yang sangat mengejutkan,” ungkapnya.

Menghadapi ancaman sampah plastik tersebut, kementerian koordinator bidang maritim berupaya menyelesaikan usulan peraturan presiden tentang percepatan pembangunan pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah.

“Kementerian koordinator bidang maritim menyelesaikan usulan perpres tentang pusat listrik tenaga sampah dan Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang kita jadikan pilot project. Selain itu, kami melakukan pengelolaan sampah plastik menjadi BBM. Dua hari yang lalu saya menerima investor yang datang dari Australia. Dia mampu memanaskan plastik 400 derajat menjadi solar dan premium yang siap pakai,” lanjutnya.

Senada dengan Oegroseno, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP menegaskan, perlunya langkah serius untuk menyelamatkan laut Indonesia dari sampah plastik. Apalagi limbah plastik bisa didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.

“Daerah-daerah hulu di muara laut harus diperhatikan. Karena kita (Indonesia) ternyata (negara yang membuang sampah plastik ke laut terbanyak) nomor dua setelah China. Kalau tidak diperhatikan ini jadi polusi plastik yang membahayakan. Kita harus ambil langkah-langkah. Ke depan saya minta Dinas Lingkungan Hidup merumuskan kebijakan apa yang bisa tanggulangi,” pungkasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait