“Rebranding”, Duniakan Produk Kerajinan UMKM Jateng

  • 08 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Jakarta – Jawa Tengah memiliki potensi dan kerja yang luar biasa, terutama dalam pengembangan batik dan ukir. Bagaimana agar potensi itu bisa menjadi andalah peningkatan perekonomian masyarakat Jawa Tengah, bahkan bisa mendukung perekonomian nasional?

Pertanyaan tersebut disampaikan Pemimpin Umum Majalah Swa, Kemal Gani selaku juri kepada Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo, saat penilaian Pembina Teladan Dekranas Award 2017. Penilaian dilaksanakan di Rumah Kriya Asri Jakarta, Kamis (7/9). Selain Kemal, juri lainnya adalah mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rahadi Ramelan, konsultan pengembangan kriya Prieyo Pratomo, serta pengusaha Robby Kusumaharta.

Dalam kesempatan itu, Kemal juga menanyakan upaya untuk memperbaiki pengemasan dan mem-branding produk agar dapat lebih diakui di tingkat dunia. Termasuk, upaya mengoptimalkan pemasaran, selain mengandalkan Sadewa Market, mengingat menurut Kemal masih dibutuhkan waktu cukup lama untuk membuat Sadewa Market mampu bersaing dengan pihak e-commerce yang saat ini sudah lebih dulu dikenal masyarakat.

Juri lain Rahadi Ramelan mengingatkan mengingatkan agar Dekranasda dan pemerintah berhati-hati menyikapi gempuran industri. Dia menunjuk contoh di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya, di mana industri garmen maupun bulu mata menyita tenaga kerja cukup banyak.

Rahadi juga meminta agar peluang bersandarnya kapal pesiar Cruise di Kota Semarang benar-benar dimanfaatkan untuk menggaet wisatawan mancanegara melancong ke objek-objek wisata baik di Kota Semarang maupun Jawa Tengah. Tentunya, Dekranasda mesti memanfaatkan event kunjugan itu dengan mendorong pengrajin UKM menciptakan produk kerajinan yang berdaya saing tinggi agar wisatawan menghabiskan uangnya untuk membeli produk dari provinsi ini.

Pengusaha Robby Kusumaharta menanyakan bagaimana menjaga ketersediaan bahan baku yang cukup bagi para pengrajin. Sebab problem utama pengrajin selalu mengenai bahan baku.

Sementara, konsultan pengembangan kriya, Prieyo Pratomo berharap daerah-daerah di Jawa Tengah memiliki sesuatu yang spesifik. Jangan sampai antar-Dekranasda berebut klaim produk.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Ketua Dekranasda Jateng Atikoh mengungkapkan agar batik dan tenun “naik kelas”, pihaknya terus melakukan pengembangan dan pelatihan. Salah satunya, mengenai teknik desain.

“Memang kadang ada pengrajin yang merasa di comfort zone. Karenanya, kami berusaha mengubah imej mereka, bagaimana agar bisa terus mengembangkan produknya dan bersaing dengan produk lain,” bebernya.

Upaya yang saat ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk adalah dengan rebranding. Atikoh mencontohkan rebranding produk gerabah menjadi seperti keramik dengan teknik pengolahan modern. Sehingga, gerabah yang semula dijual seharga Rp 5.000 bisa menjadi Rp 150 ribu. Tentu, biaya produksi yang dikeluarkan juga bertambah mengingat teknologi yang digunakan berbeda. Namun, jika dihitung hasilnya masih jauh lebih menguntungkan.

Mengenai pemasaran, imbuhnya, Jawa Tengah terus memanfaatkan pemasaran online, mengikuti perkembangan zaman. Sadewa Market pun dibangun untuk membantu pelaku UMKM dalam memasarkan produknya. Berbeda dengan e-commerce lainnya, Sadewa Market tidak semata sebagai media jual beli, tapi juga memberi pelayanan konsultasi dan pendampingan digital kepada pelaku UMKM. Namun, pihaknya tetap membuka peluang kerja sama dengan e-commerce yang lebih dulu ada, seperti yang telah dilakukan di Kota Semarang.

Showroom pun terus dibenahi. Saya mengapresiasi betul showroom Dekranasda Kota Semarang yang dibangun di wilayah Kota Lama. Itu terobosan luar biasa karena dibangun di lokasi wisata. Itu sekaligus peluang untuk menarik wisatawan mancanegara dari kapal Cruise yang bersandar di Kota Semarang,” kata Atikoh.

Diakui, gempuran industri membuat generasi muda lebih memilih bekerja di industri mengingat tantangan yang dihadapi juga tidak sesulit di sektor kerajinan. Sebab, pengrajin membutuhkan passion untuk bisa menghasilkan karya yang excellent. Namun, pihaknya tak tinggal diam. Dekranasda provinsi bersama kabupaten/ kota terus membina generasi muda agar tertarik menggeluti bidang kerajinan.

Bahan baku pun terus diupayakan menggunakan potensi lokal. Bahkan, untuk batik dan tenun, saat ini sudah mengarah pada penggunaan pewarna alam yang tidak hanya mudah didapat tapi juga ecofriendly. Pengembangan desain dengan menonjolkan cirri dan kearifan lokal juga dilakukan. Bahkan, pihaknya mengadakan pelatihan desain motif dengan melibatkan desainer fesyen.

“Sebab, saya punya pengalaman pribadi, saya sudah beli batik yang desainnya bagus banget, naga, tapi tidak bisa dijadikan baju karena desainnya tidak pas. Karenanya, kami berusaha melibatkan desainer dalam desain motif,” tandas isteri Gubernur Jawa Tengah ini. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait