“Raja” Diciduk, Warga Justru Panen Rezeki

  • 21 Jan
  • ikp
  • No Comments

PURWOREJO – Kisah Keraton Agung Sejagat (KAS) yang sempat viral di dunia maya, karena mengklaim sebagai penerus Kerajaan Majapahit boleh saja berakhir. Pasangan Raja-Ratu KAS, Toto Santosa dan Fanni Aminadia ahirnya diciduk polisi karena dugaan penipuan. Namun, bekas lokasi situs kerajaan itu di Desa Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo justru mendatangkan berkah bagi warga sekitar.
Seperti yang terjadi pada Selasa (21/1/2020). Meski bukan hari libur, areal situs KAS dipadati pengunjung yang penasaran dengan batu berukir yang belakangan viral di media massa maupun media sosial. Warga pun memanfaatkan ketenaran tempat itu untuk meraup rezeki. Ada yang jualan penganan ringan khas Purworejo, seperti geblek, banyak pula yang menjadi juru parkir.
Salah satunya Ari Kusuma Wijaya yang menjadi juru parkir sehari setelah raja dan ratu KAS diciduk polisi, Selasa (14/1/2020).
“Saya jadi tukang parkir di sini sehari setelah ada grebegan (penangkapan Toto dan Fanni). Kalau sehari paling banyak 500 motor lah,” ujar siswa SMK itu.
Ia mengaku, untuk motor masing-masing ditarik biaya parkir Rp 2.000. Sedangkan mobil dipatok Rp 5.000. Namun, hasil parkirnya tidak utuh menjadi milik Ari. Dia menyetor uang untuk kas RT sebanyak 40 persen. Sisanya dibagi dengan keenam temannya.
“Saya di sini ada tujuh orang. Tapi sebelum dibagi, saya nyetor dulu dengan pihak RT dulu, sebanyak 40 persen. Nah baru kemudian dibagi rata,” kata dia.
Bukan hanya Ari yang ikut mengais rezeki di lokasi situs kerajaan abal-abal itu. Terpantau ada belasan orang yang berjualan di sepanjang jalan masuk menuju gapura KAS.
Seperti Yanti, 45 tahun, penjual penganan khas Purworejo, geblek. Ia mengaku berjualan di tempat itu sejak hari Selasa (14/1/2020). Tak sampai sehari semalam, ia bisa mengantongi Rp 700 ribu.
“Biasanya kalau saya jualan itu keliling. Sehari semalam dapat Rp 600 ribu. Tapi kalau di sini, sampai matahari terbenam sudah dapat Rp 700 ribu,” tuturnya.
Hal serupa dilatakan Puji Yahya, seorang penjual jus buah. Bahkan karena berjualan di lokasi kerajaan, ia menawarkan minumannya dengan nama unik.
“Minuman khas kerajaan, kulit bisa jadi mulus,” teriaknya kepada orang-orang yang lewat.
Dalam sehari, Puji mengaku bisa mendapatkan uang dua kali lipat, dibandingkan berjualan di Pasar Grabag.
“Biasanya Rp300 ribu, sekarang bisa Rp700 ribu,” ungkapnya.
Fenomena ini tak ditampik oleh Pemkab Purworejo. Sekretaris Daerah Purworejo Said Romadhon mengatakan, akan membantu jika memang hal itu memengaruhi perekonomian warga.
“Namun harus ada izinnya dulu. Kalau ada izinnya kita akan bantu. Untuk pariwisata silakan,” ungkap Said.
Ia membeberkan, sejak awal pendirian KAS, masyarakat dan pemerintah desa sudah mewanti-wanti. Namun, pihak KAS tetap bersikukuh mendirikan situs tersebut.  Akan tetapi, dalam pembangunan situs KAS, tidak ada perizinan yang diurus, seperti IMB dan sebagainya.
“Karena tidak ada izinnya ya harus berhenti,” tegas Said.
Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang menyempatkan diri mampir ke situs KAS, menilai tempat tersebut berpotensi jadi arena wisata. Hanya, dia mengingatkan pada pecinta kerajaan atau komunitas pecinta sejarah, harus mengantongi izin ketika akan membuat sebuah tempat aktivitas. Selain itu, dia mengingatkan, agar dalam berkegiatan tak ada unsur penipuan. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait