Putus “Lingkaran Setan” Pemberitaan

  • 07 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

Surakarta – Pemilihan presiden dan pemilihan legislatif memang masih akan berlangsung tahun depan, namun suhu politik saat ini mulai memanas. Untuk menurunkan tensinya, penting bagi media massa maupun aktivis media sosial membantu dengan cara memelihara ruang publik yang kondusif dan mencerahkan.

“Saya kira penting sekali hari ini kita mengingatkan bersama-sama tentang pentingnya wartawan, media dan aktivis media sosial untuk menciptakan, memelihara ruang publik media yang kondusif dan mencerahkan. Bukan ruang publik media yang penuh provokasi, pecah belah dan semacamnya,” tutur mantan anggota Dewan Pers Agus Sudibyo dalam Pencanangan Gerakan Media Bermartabat untuk Pemilu Berkualitas, di Monumen Pers Surakarta, Senin (6/8) malam.

Mengambil tagline Santun Bermedia 2019, lanjutnya, kegiatan yang diinisiasi Kaukus Media dan Pemilu serta Kementerian Komunikasi dan Informatika RI ini mengajak para pemimpin redaksi, wartawan di wilayah Surakarta dan Semarang, pemerintah daerah, asosiasi media, aktivis media sosial, akademisi dan mahasiswa untuk menyukseskan gerakan tersebut. Kegiatan serupa rencananya juga akan digelar di daerah-daerah lain di Indonesia.

“Selain Solo, kita juga akan ke kota-kota lain untuk berdiskusi, berdialog dengan teman-teman wartawan, netizen, pemilik media, untuk mari tahun 2019, tahun politik, kita jadikan ruang media yang memberikan informasi, wacana yang mencerahkan. Bukan wacana atau informasi yang memecah belah,” jelas Agus.

Pihaknya berharap, gerakan ini bisa mengingatkan kepada semua kalangan media untuk menjaga kesantunan, kelayakan berkomunikasi, baik di media massa maupun di ruang komunikasi publik yang lain.

Menteri Komunikasi dan Informatika RI Rudiantara menyambung, demokrasi yang berkualitas harus didukung oleh pers atau media yang berkualitas, profesional dan beretika. Dia meyakini, media-media arus utama tidak pernah bermain-main dalam menghasilkan produk jurnalistiknya. Sebab, di redaksinya harus melalui proses yang disebut check and balances.

“Tidak hanya memberitakan begitu saja. Dia pasti akan mengecek lagi, mengonfirmasi lagi para pihak (narasumber), sehingga mereka mengkover dari semua sisi pemberitaan,” tutur dia

Sebaliknya, media sosial umumnya tidak pernah melakukan check and balances. Sayangnya, karena kadang-kadang media mainstream ingin secepat media sosial, mereka mengambil di media sosial. Akhirnya, ini menjadi lingkaran setan.

“Ini yang harus kita putus,” tandas Menkominfo.

Suatu produk jurnalistik, diharapkan Rudiantara, senantiasa memegang Undang-undang Pers. Dengan berpedoman pada u
Undang-undang Pers, etika profesi otomatis berjalan.

“Saya yakin, yang namanya produk jurnalistik tidak ada yang hoaks karena senantiasa mengacu pada etika profesi. Yang harus kita hadapi bersama-sama adalah mengajak lebih banyak lagi masyarakat, siapapun, untuk memanfaatkan media dengan teknologi baru, tetapi dengan konten yang tidak negatif,” terangnya.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menilai kegiatan yang diselenggarakan Kaukus Media dan Pemilu adalah bentuk kewarasan yang dimunculkan dengan membangun moral dan etika. Dia meyakini, langkah yang dilakukan akan membawa satu harapan besar bahwa media dapat mengawal proses demokrasi ke arah positif.

“Saya sebagai calon incumbent kemarin, lebih suka ditulis Ganjar gagal untuk satu isu yang akan dibawa ke ranah politik, kemudian ditampilkan data. Menurut saya itu jauh lebih edukatif dan seksi,” kata dia.

Tulisan-tulisan menarik dan edukatif, sambung dia, akan membuat pemikiran masyarakat berkembang dan membuat mereka bisa memilih dan memilah dalam menentukan satu suara untuk kebaikan bangsa.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait