Presiden Dorong Petani Berkorporasi

  • 25 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Salatiga – Keuntungan terbesar dalam bidang pertanian sebenarnya terletak pada proses agrobisnis. Sayangnya, petani di Indonesia saat ini masih berkutat pada sisi budidaya.

“Petani itu akan meningkat kesejahteraannya kalau tidak hanya berkutat di sisi produksi saja. Hanya menanam dan memanen. Bukan itu, karena keuntungan terbesar dari pertanian itu berada pada proses agrobisnisnya, ” kata Presiden RI Ir H Joko Widodo, saat bersilaturahmi dengan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah di Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Senin (25/9).

Menurut Jokowi, paradigma petani yang selama ini fokus pada budidaya, mesti diubah ke arah proses agrobisnis dengan cara mengonsolidasikan petani dalam sebuah grup besar atau dengan kata lain berkorporasi. Korporasi tersebut akan beroperasi seperti perusahaan pertanian. Melalui korporasi, petani akan bisa menyediakan kebutuhan bertani dari hulu sampai hilir secara mandiri.

“Sehingga yang namanya menyiapkan pupuk bisa dilakukan sendiri. Bisa membuat pabrik pupuk dalam skala petani,” ujar dia.

Demikian pula kebutuhan pascapanen, seperti mesin penggilingan dan perontok padi. Korporasi petani bisa melakukan pengadaan mesin mekanisasi pertanian.

“Caranya seperti apa? Ya jumlah petani dihitung berapa, tonasenya berapa, disesuaikan memiliki mesin penggilingan dan perontok padi yang modern,” jelas mantan gubernur DKI itu.

Memiliki mesin penggilingan dan perontok padi yang modern, imbuh dia, akan mengembalikan sebesar 15 persen padi yang selama ini hilang karena proses yang tidak modern. Apalagi, angka 15 persen tersebut apabila diuangkan dalam kelompok petani yang jumlahnya besar, nilainya tidak sedikit.

Jokowi juga meminta, korporasi petani bisa memberi kemasan yang bagus. Sebab, kemasan yang bagus akan memberi nilai tambah yang tidak sedikit. Dia memberikan gambaran, beras yang dijual di pasar tradisional harganya rata-rata Rp 8.000 per kilogram. Tetapi ketika dijual di supermarket, atau minimarket, harganya bisa Rp 12.000 per kilogram. Di samping itu, kemasan yang bagus juga akan memudahkan petani untuk mengekspor komoditasnya.

“Ini yang dibutuhkan. Kalau pasar dalam negeri sudah terpenuhi, ekspor dengan kemasan yang bagus gampang banget. Mesin packaging-nya murah kalau urunan,” ucapnya.

Jokowi yakin, korporasi petani akan bisa mengalahkan perusahaan-perusahaan besar di negara manapun mengingat kebutuhan petani akan terkonsolidasi sendiri oleh mereka, sehingga bisa menekan biaya produksi. Karena bisa menekan biaya produksi, harga jualnya pun pasti lebih murah.

“Pasti lebih murah ini harganya. Saya pastikan, karena diproduksi sendiri oleh petani. Kalau perusahaan besar, biayanya pasti gedhe, ” tutupnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait