Pilih Beli atau Petik?

  • 18 May
  • Prov Jateng
  • No Comments

Ungaran – Pemberdayaan pekarangan dengan tanaman pangan tidak sekadar upaya untuk mendorong stabilisasi harga bahan pangan masyarakat. Justru yang akan dicapai adalah menekan pengeluaran untuk pembelian bahan pangan.

“Ada yang bilang, bu, tiwas nanam cabai, ternyata sekarang harga cabai murah. Ya nggak apa-apa. Sekarang lebih baik mana, mundhut cabai apa metik cabai? Toh tanam cabai tidak sulit. Cabai kering ditaruh tanah bisa tumbuh, ” ungkap Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Hj Sudarli Heru Sudjatmoko, saat membuka Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan (Halaman Asri, Teratur, Indah, dan Nyaman bersama PKK/ Hatinya PKK) dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga bagi TP PKK Kabupaten/ Kota se-Jawa Tengah Tahun 2017, di Monumen PKK Ungaran, Rabu (17/5).

Menurutnya, banyak keunggulan jika bisa memroduksi bahan pangan sendiri. Salah satunya, kualitasnya yang lebih baik. Tanaman yang ditanam sendiri, imbuh Sudarli, bisa dipastikan organik karena ditanam dengan pupuk kandang dan tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia berbahaya. Ternak yang dipelihara sendiri pun lebih terjamin kualitasnya mengingat pakannya terbuat dari bahan yang diketahui asalnya.

Mantan Ketua TP PKK Kabupaten Purbalingga itu membayangkan jika semua rumah tangga memiliki bermacam tanaman pangan sendiri, ditambah ternak ayam dan ikan, pengeluaran mereka akan banyak berkurang. Sebab, pengeluaran tertinggi masyarakat saat ini justru dari konsumsi makanan.

“Tidak mesti luas, pekarangan yang sempit juga bisa dimanfaatkan dengan memakai pot. Kalau bisa bermacam-macam tanaman, itu bisa berhari-hari tidak belanja. Mau bikin mi, sayurnya sudah ada, seledrinya sudah ada, onclangnya sudah ada, dan seterusnya. Kalau mau pakai lombok rawit, juga sudah ada. Enak kan jadinya. Kita belinya mi nya saja. Ayamnya ngingu dhewe. Kalau Hatinya PKK, ada tanaman, kandang, kolam. Meh masak lele, ambil sendiri. Betapa indahnya rumah seperti itu. Kalau seandainya ibu-ibu sudah punya seperti itu semua, betapa makmurnya Indonesia,” bebernya.

Jika tanaman sudah organik dan sehat, kata Sudarli, pengelolaannya pun mesti diperhatikan agar kandungan gizi tetap terjaga. Termasuk, bagaimana agar makanan yang disajikan tidak terpapar kuman. Dia memrihatinkan masih banyaknya pedagang yang mengolah makanan tanpa memikirkan aspek kesehatan. Misalnya saja, pedagang pecel atau urap yang menyajikan makanan dengan menggunakan tangan, tapi menerima uang dari pembeli dengan tangan yang sama, dan kembali menjuali pembeli tanpa cuci tangan lagi.

Nggak cuci tangan ngurap lagi. Kuman di uang nyampur ke urap. Hebat sekali, kita makan kuman. Setiap kali kita makan, sudah memperhatikan vitamin yang masuk. Tapi kalau ada kumannya, pecuma. Biasanya ibu-ibu lupa, beli getuk sama urap itu enaknya bukan main, tapi ibu lupa nggak bilang, kok sampeyan nampani duit to bu. Jadi yang paling betul adalah kalau orang yang jualan pakai urap-urapan, harus pakai tangan, semestinya yang terima uang orang lain,” sorotnya.

Ketua Panitia Citra Tavip Supriyanto menambahkan pihaknya terus berupaya mendorong kesadaran masyarakat agar mau memanfaatkan pekarangannya menjadi sumber pangan keluarga. Salah satunya melalui pelatihan pemanfaatan pekarangan dan pengelolaan sampah rumah tangga yang sasarannya pengurus TP PKK kabupaten/ kota yang diselenggarakan selama dua hari, yakni Rabu (17/5) – Kamis (18/5).

Mengingat luasan lahan pekarangan yang semakin sempit, pihaknya mengajarkan para kader untuk membudidayakan tanaman dengan cara hidroponik. Mereka tidak hanya menerima materi, tapi juga memraktikkan langsung cara menanam dengan metoda hidroponik.

“Termasuk pengelolaan sampah rumah tangga. Karena kami ingin jumlah sampah dapat diminimalisasi dari tingkat rumah tangga,” tandas Citra. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait